Senin 22 Jul 2019 18:00 WIB

Pengelolaan Wakaf Utsmaniyah Bertahan Beradab-abad

Kuncu keberhasilan pengelolaan wakaf Utsmaniyah dari manajemen tata kelola.

Ilustrasi Wakaf
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Wakaf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bukan perkara mudah mempertahankan pengelolaan wakaf seperti berlangsung pada masa Ottoman hingga berabad-abad lamanya. Kata kuncinya adalah manajemen tata kelola yang baik. Dari sini, aset wakaf menjadi lebih produktif dan mampu tersalurkan secara sefektif kepada mereka yang membutuhkan.

Murat Cazakca dalam Ottoman Cash Waqf Revisited: the Case of Bursa, mencatat, sekitar 20 persen aset wakaf tunai Ottoman tetap bertahan lebih dari satu abad. Evaluasi juga dilakukan berkala untuk memastikan tidak ada kesalahan pengelolaan ataupun penyimpangan.

Baca Juga

Profit atau keuntungan disebut iradin, kemudian berganti menjadi murabahain di periode selanjutnya. Literatur terkait manajemen wakaf ini secara perinci memaparkan aset wakaf, investasi yang dilakukan, keuntungan yang dicapai, dan penyaluran dananya. Di antara yang cukup besar adalah wakaf yang terkumpul di Kota Bursa.

Sebagian penghasilan dari pendayagunaan wakaf  itu disalurkan untuk kepentingan agama dan kemasyarakatan. Sebagian lagi tetap digunakan bagi usaha-usaha produktif. Praktik ini terus berjalan hingga sekitar abad ke-18. Terdapat sejumlah investasi untuk mendayagunakan wakaf uang, seperti mudarabah dan muamele isiriyye.

Jenis pendayagunaan yang disebutkan terakhir merupakan sistem pinjaman yang telah diatur lewat yurisprudensi. Menurut Murat, beberapa hal tetap menjadi perdebatan. Salah satunya tentang profit dari investasi. Sebagian kalangan melihat bahwa itu adalah riba, kelompok lainnya tak mempermasalahkannya.

Namun pada prinsipnya, keuntungan dari pemanfaatan aset bukan bersumber dari praktik riba, melainkan berupa sistem bagi hasil. Keuntungan yang diperoleh pengelola wakaf merupakan bagian dari penghasilan yang didapat oleh penyewa atau peminjam aset wakaf yang melakukan berbagai usaha komersial.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement