REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paling tidak, ada dua nama cendekiawan Mesir yang menulis biografi. Mereka adalah Muhyi Al-Din Ibn Abd Al-Zahir dan Ibnu Al-Daya. Al-Zahir ialah salah satu figur yang bersinar pada masa Dinasti Mamluk. Ia menulis biografi Baybars yang memerintah Baybars antara 1260 hingga 1277 M.
Sebagian besar tulisan dari biografi ini dibuat saat Baybars masih hidup. Ada dua salinan biografi ini yang masih bertahan. Satu salinan dalam kondisi yang lumayan utuh. Namun, salinan lainnya hanya tersisa sepertiga bagian. Biografi lainnya adalah tentang penerus Baybars, yaitu Qala'un dan putranya, Al-Asyraf.
Sejak awal, Al-Zahir mendapatkan pendidikan Islam tradisional. Saat beranjak dewasa, ia menjadi seorang cendekiawan dan sejarawan hingga akhirnya ia mendapatkan jabatan di istana, yaitu sebagai kepala juru tulis. Ia memiliki kualifikasi untuk jabatan itu karena memiliki kemampuan menulis.
Sedangkan, sosok lainnya adalah Al-Daya. Ia hidup pada masa awal pemerintahan Islam di Mesir, yaitu Tulunid. Lama sebelum Dinasti Mamluk muncul. Ia memiliki hubungan yang baik dengan penguasa dan memiliki banyak data yang digunakan dalam menuliskan sebuah biografi.
Karya biografi yang ditulis Al-Daya adalah Sirat Ahmad bin Tulun wa'bnihi Khumarawayh. Ia menulis biografi tentang Tulun dan anaknya yang bernama Khumarawayh. Tulisan Al-Daya ini, kemudian menjadi sumber rujukan para cendekiawan di masa selanjutnya.