REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Guna meningkatkan kompetensi guru bahasa Arab tingkat sekolah dasar (SD), Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI) menggelar pelatihan guru, Senin, (22/7). Kegiatan yang dipusatkan di SIT Fajar Hidayah, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat, diikuti 15 guru bahasa Arab dari Fajrul Islam Kalideres, Bina Ilmu Parung, dan Fajar Hidayah Bogor. Hayati Siregar dari Fajar Hidayah menjadi trainer tunggal dalam pelatihan yang dimulai pukul 09.30 sampai 13.00 WIB ini.
Hayati, yang sejak awal Fajar Hidayah berdiri mengabdikan dirinya, mengatakan, mengajar bahasa itu sangat dinamis. Makanya dia merancang pembelajaran yang aktif. ''Active learning itu harus bergerak, banyak permainan dan melibatkan peserta didik,'' ungkap Hayati, seperti dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa, (23/7) petang.
Apa yang membuat anak mudah belajar bahasa Arab? ''Ciptakan aktivitas yang menyenangkan, gurunya berbahasa arab aktif. Jadi bukan hanya sekadar main main saja. Tetapi ada materi yang disisipkan dalam bentuk lagu, tepuk atau gerak,'' terang Hayati.
Dalam keterampilan berbahasa Hayati, menyebutkan empat ranah yang harus dikuasia yaitu qalam (berbicara), qiraah (membaca), sima'i (mendengar) dan kitabah (menulis). ''Yang penting ada kegiatan supaya mereka tidak mengantuk. Bahasa Arab itu mudah,'' kata Abla Hayati sapaan akrabnya.
Hayati tak menampik bahwa mata pelajaran Bahasa Arab di sekolah sekolah biasanya hanya menjadi pelengkap saja bahkan ada orang tua yang tidak menganggap pelajaran ini. ''Eggak usah belajar bahasa Arab, norak,'' kata hayati menirukan ucapan orang tua pada satu kesempatan.
Hayati menganjurkan setiap guru harus bisa menciptakan proses pembelajaran. ''Bagi saya sebagai guru harus bisa menciptakan learning proses dengan mengikuti program basic training karena di situ diajarkan how children learn (bagaimana anak belajar),'' ujarnya.
Di situ, sambung Hayati, dia harus mengetahui tumbuhkembang anak. ''Ini sebagai kuncinya. Kalau pintunya sudah terbuka, guru tersebut bisa menghasilkan pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan umur peserta didik.
Dalam pembelajaran yang aktif guru harus 'memaksa' anak supaya beraktivitas.''Jadi setiap guru bukan hanya menyampaikan materi saja (teacher center) tapi lebih kepada praktek sehingga anak-anak yang terlibat dalam proses pembelajaran lebih faham karena langsung kepada rilnya,'' tandas Hayati.
Sementara itu, salah seorang peserta dari SDIT Fajrul Islam, Muhammad Cholil, mengaku bersyukur bisa mengikuti kegiatan pelatihan guru Bahasa Arab. Karena banyak sekali metode mengajar yang dia dapat bersama lima rekan sejawatnya dari Fajrul Islam. ''Hari ini dapat banyak sekali ilmu,'' ujarnya.
Sebagai seorang guru, sambung Cholil, tidak boleh berhenti belajar. ''Guru itu tidak boleh berhenti untuk belajar dengan kemajuan zaman kita harus menambah ilmu baik metode maupun cara mengajar,'' jelas Bidang Kesiswaan SDIT Fajrul Islam ini.
Dengan mengikuti pelatihan ini, Cholil berharap menjadi langkah awal untuk proses meningkatkan kompetensi guru dalam bidang akademik. ''Dengan pelatihan ini besar harapan kami tidak berhenti pada moment ini saja. Bisa jadi ini sebagai ajang silaturahmi yang berkelanjutan dalam membangun anak bangsa terutama umat Islam,''paparnya.
Cholil yang baru enam tahun mengabdi di Fajrul Islam mendoakan kehadiran AYPI semakin terasa manfaatnya buat guru di lembaga pendidikan Islam. ''AYPI sebagai penyambung silaturahmi antar anggota semoga Allah memberi kemudahan dan salah satu ukhuwah Islamiyah dalam rangka membangun dan memajukan pendidikan Islam Indonesia,'' tandasnya.