Selasa 07 Sep 2021 13:40 WIB

AYPI: Belajar Tatap Muka atau Jarak Jauh tidak Jadi Masalah

AYPI: PTM atau PJJ Tidak Jadi Masalah.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
 AYPI: PTM atau PJJ Tidak Jadi Masalah. Foto: Pelajar mengecek suhu badannya sebelum memasuki ruang kelas di SDN Kaliasin I, Surabaya, Jawa Timur, Senin (6/9/2021). Pemkot Surabaya memulai pembelajaran tatap muka (PTM) tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) secara terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat
Foto: ANTARA/Didik Suhartono
AYPI: PTM atau PJJ Tidak Jadi Masalah. Foto: Pelajar mengecek suhu badannya sebelum memasuki ruang kelas di SDN Kaliasin I, Surabaya, Jawa Timur, Senin (6/9/2021). Pemkot Surabaya memulai pembelajaran tatap muka (PTM) tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) secara terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Pembina Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI) Afrizal Sinaro mengatakan, sejatinya penerapan pembelajaran tatap muka (PTM) maupun pembelajaran jarak jauh (PJJ) tidak akan menjadi masalah besar, terutama bagi mahasiswa yang seharusnya sudah mampu belajar mandiri. PTM, kata dia, kemungkinan hanya diperlukan bagi jurusan-jurusan yang lebih banyak memerlukan praktikum, seperti jurusan kedokteran, teknik, dan lainnya. 

“Menurut hemat saya, bagi mahasiswa kegiatan perkuliahan itu apakah dilakukan PTM atau PJJ itu tidak terlalu bermasalah, karena pada hakekatnya mahasiswa itu harus sudah  bisa belajar mandiri. Kecuali bagi mahasiswa fakultas kedokteran, fakultas teknik yang mereka butuh praktek di laboratorium, tentunya ini tdk bisa PJJ,” ujarnya kepada Republika, Selasa (7/9). 

Baca Juga

Sejauh ini, ada 17 Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang telah menerapkan PTM terbatas, artinya masih ada sekitar 41 PTKIN yang masih mempertahankan sistem PJJ. Menurut Afrizal, 41 PTKIN tersebut kemungkinan masih mempertimbangkan kemungkinan terburuk yang dapat terjadi dari penerapan PTM. 

“Kalau masih ada kampus yang tidak melakukan PTM, mungkin rektornya trauma atau punya rasa takut yang berlebihan alias parno,” ujarnya, menambahkan bahwa yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perguruan tinggi atau pemerintah adalah memaksimalkan strategi perkuliahan untuk mengejar ketertinggalan materi perkuliahan selama pandemi.

“Yang perlu diperhatikan oleh pemerintah dan pimpinan perguruan tinggi sekarang adalah bagaimana strategi perkuliahan yang lebih efektif dan lebih bermakna untuk mengejar ketertinggalan materi perkuliahan selama pandemi ini,” ujarnya. 

“Tentunya bagi kampus yang sudah mulai kegiatan PTM harus tetap patuh dengan protokol kesehatannya,” pungkasnya. 

Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kemenag, Prof Muhammad Ali Ramdhani, mengatakan, ada 17 PTKIN dari 58 PTKIN yang melaksanakan PTM terbatas. Mereka melaksanakan PTM terbatas sejak tahun ajaran baru 2021/ 2022.

Ia berpesan kepada mahasiswa dan dosen PTKIN agar proses pembelajaran PTM terbatas dijalankan dengan baik. "Pelajaran yang diambil dari musibah pandemi Covid-19 adalah betapa mahalnya proses pembelajaran tatap muka, manfaatkan kesempatan ini seoptimal mungkin," kata Prof Ramdhani, mengingatkan kepada semua agar tetap menjaga protokol kesehatan saat melaksanakan PTM terbatas. Untuk mencegah penularan dan penyebaran Covid-19. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement