Jumat 26 Jul 2019 00:40 WIB

Butuh 10 Pekan Tangani Kebocoran Minyak di Karawang

Pertamina telah mengerahkan sumber daya terbaiknya untuk menangani kondisi itu.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Andi Nur Aminah
Warga mengumpulkan limbah tumpahan minyak 'Oil Spill' yang tercecer milik Pertamina di Pesisir Pantai Cemarajaya, Karawang, Jawa Barat, Rabu (24/7/2019).
Foto: Antara/M Ibnu Chazar
Warga mengumpulkan limbah tumpahan minyak 'Oil Spill' yang tercecer milik Pertamina di Pesisir Pantai Cemarajaya, Karawang, Jawa Barat, Rabu (24/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu mengatakan, Pertamina memastikan langkah-langkah penanganan peristiwa munculnya gelembung gas di sekitar anjungan Lepas Pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ) berjalan cepat dan intensif. Pertamina telah mengerahkan sumber daya terbaiknya.

Dharmawan menjelaskan, sesaat setelah munculnya gelembung gas di permukaan laut sekitar anjungan YY, PHE ONWJ bertindak cepat untuk menyatakan keadaan darurat operasi. "Langkah awal yang menjadi prioritas utama yakni mengevakuasi karyawan yang berada di anjungan dan menara pengeboran (rig). Selanjutnya Pertamina melakukan isolasi dan pengamanan serta memastikan masyarakat agar tidak beraktivitas di sekitar lokasi kejadian," ujar Dharmawan saat jumpa pers di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (25/7).

Baca Juga

Menurut Dharmawan, saat ini Pertamina dan pihak terkait masih melakukan investigasi untuk mengungkap penyebab kejadian itu. Namun indikasi sementara menunjukkan adanya anomali tekanan pada anjungan yang menyebabkan munculnya gelembung gas dan diikuti oil spill

Untuk mengendalikan kondisi di lapangan, lanjut Dharmawan, Pertamina membentuk Incident Management Team (Crisis Team) di Jakarta dan di Karawang. "Tim ini bertugas melakukan penanggulangan tumpahan minyak, penanganan gas dengan spray, pengeboran untuk mematikan sumur, serta penanganan di anjungan," ucap Dharmawan.

Pada penanganan peristiwa ini, Dharmawan mengatakan, Pertamina telah memobilisasi 29 kapal, 3.500 meter oil boom offshore, 3.000 meter oil boom shoreline, dan 700 meter fishnet di pesisir pantai terdampak. Menurut Dharmawan, untuk menghentikan sumber gas dan oil spill dengan cara mematikan sumur YYA-1, diperkirakan memerlukan waktu sekitar delapan minggu sejak hari ini atau 10 minggu sejak dinyatakan kondisi darurat.

"Demi memaksimalkan penanganan sumur YYA-1, saat ini Pertamina telah melibatkan Boot & Coots, perusahaan dari AS yang memiliki proven experience dalam kasus serupa dengan skala yang lebih besar, seperti di Gulf of Mexico," kata Dharmawan.

 

Adapun untuk penanganan terhadap dampak lingkungan akibat adanya sisa tumpahan minyak yang terbawa arus ke pantai, Pertamina melakukan upaya intensif dengan cara pembersihan pantai secara cepat. Lalu mengangkut sisa tumpaham itu ke lokasi penampungan yang bersertifikat untuk menangani hal ini. 

Saat ini, ucap Dharmawan, Pertamina memastikan potensi terganggunya mata pencaharian masyarakat nelayan dapat diatasi dengan baik dan bijaksana. Pertamina juga telah membuka posko di Pantai Karawang. Tugas utama petugas posko adalah melakukan sosialisasi kepada masyarakat, melakukan aktifitas penanggulangan minyak di pantai bersama masyarakat, memberikan pelayanan kesehatan, serta berkoordinasi dengan stakeholder setempat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement