REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendatangi Kantor Pusat PT PLN (persero) pada Senin (5/8) pagi. Kedatangan Jokowi ini untuk menindaklanjuti insiden padamnya listrik di DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat pada Ahad (4/8) kemarin.
Presiden meminta penjelasan kepada Direksi PLN terkait insiden padamnya listrik di sejumlah kawasan di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten pada Ahad (4/8) siang hingga Senin (5/8) pagi. Jokowi menegur direksi PLN bahwa kejadian kemarin merugikan banyak pihak.
Jokowi juga menyampaikan kekecewaannya terhadap kinerja PLN yang dianggap tidak mampu menjalankan operasi kerja secara optimal. "Dalam sebuah manajemen besar seperti PLN mestinya, menurut saya, ada tata kelola risiko yang dihadapi dengan manajemen besar tentu saja ada contigency plan, ada back up plan. Pertanyaan saya kenapa itu tidak bekerja dengan cepat dan dengan baik," jelas Jokowi, Senin (5/8).
Kepada Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PLN, Sripeni Inten Cahyani, Jokowi mengingatkan bahwa kejadian mati listrik dalam periode panjang di Jawa-Bali seperti Ahad kemarin terakhir kejadian pada 17 tahun silam, alias pada 2002. Harusnya, kata Jokowi, pengalaman saat itu bisa menjadi pelajaran berharga bagi perusahaan untuk memperbaiki kinerja.
"Saya tahu ini tidak hanya bisa merusak reputasi PLN namun banyak hal di luar PLN terutama konsumen sangat dirugikan. Pelayanan transportasi umum sangat berbahaya sekali, MRT misalnya," katanya.
Jokowi pun mendengar penjelasan dari Direksi PLN yang kental dengan istilah teknis. Setelah mendengar penjelasan Plt Dirut PLN, Jokowi kembali mempertanyakan perihal perhitungan dan rencana cadangan yang tidak berjalan. Jokowi menganggap PLN tidak memiliki hitungan dan mitigasi risiko sehingga kejadian seperti tahun 2002 berulang kemarin.