Selasa 06 Aug 2019 07:53 WIB

Terganggunya Transmisi Utara Biang Kerok Listrik Padam

PLN akui pemulihan listrik padam berjalan lambat.

Petugas keamanan berjaga di Stasiun MRT Bendungan Hilir saat terjadinya padam listrik di Jakarta Pusat, Ahad (4/8). Layanan Transportasi MRT (Mass Rapid Transit) terhenti akibat adanya padam listrik di Jabodetabek.
Foto: Antara
Petugas keamanan berjaga di Stasiun MRT Bendungan Hilir saat terjadinya padam listrik di Jakarta Pusat, Ahad (4/8). Layanan Transportasi MRT (Mass Rapid Transit) terhenti akibat adanya padam listrik di Jabodetabek.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aliran listrik belum sepenuhnya pulih pada Senin (5/8). PT PLN (Persero) melakukan pemadaman bergilir. Kendati demikian, pasokan listrik untuk sejumlah objek vital sudah normal.

Saat listrik padam total di Jabodetabek, Banten, dan sebagian Jawa Barat terjadi pada Ahad (4/8), PLN menargetkan listrik menyala secara keseluruhan sebelum tengah malam. Namun, pemadaman masih terjadi hingga kemarin pagi di beberapa daerah. Di Kecamatan Tambun, Kabupaten Bekasi, misalnya, listrik bahkan baru menyala pada pukul 07.30 WIB.

Baca Juga

Sementara di Jakarta, ada sedikitnya 41 titik yang dilakukan pemadaman bergilir dari siang hingga sore. Pemadaman itu sempat mengganggu pelayanan transportasi Transjakarta. Calon penumpang bus TransJakarta harus mengantre cukup panjang karena pembelian tiket dilakukan secara manual.

"Saya tidak tahu kalau lagi mati listrik, makanya saya main lewat saja, tapi kemudian diingatkan petugas kalau harus beli karcis dulu," kata seorang penumpang, Susan, di Halte Bendungan Hilir, Jakarta, Senin (5/8).

Antrean penumpang terpantau mencapai 15 meter pukul 15.45 WIB. Para penumpang yang seharusnya sudah bisa naik ke bus terpaksa merelakan bus mereka lewat dan menunggu karena antre membeli tiket secara manual.

Kemarin pagi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendatangi kantor pusat PLN untuk menindaklanjuti insiden pemadaman total. Begitu masuk ke ruangan rapat, tanpa basa-basi Jokowi mengutarakan kekecewaannya dan meminta penjelasan dari direksi PLN.

Jokowi meyakini, sebuah perusahaan besar seperti PLN memiliki rencana antisipasi atas kejadian tak terduga serta rencana cadangan jika terjadi permasalahan. "Pertanyaan saya, kenapa itu tidak bekerja dengan cepat dan dengan baik," kata Jokowi.

Jokowi mengatakan, peristiwa listrik padam dalam jangka waktu panjang, seperti Ahad kemarin, terakhir terjadi pada 17 tahun silam atau pada 2002. Seharusnya, Jokowi menegaskan, pengalaman saat itu dijadikan pelajaran bagi PLN untuk memperbaiki kinerja.

"Ini tidak hanya bisa merusak reputasi PLN. Banyak hal di luar PLN, terutama konsumen, sangat dirugikan. Pelayanan transportasi umum (yang terdampak) sangat berbahaya sekali, MRT misalnya," katanya.

Jokowi kemudian mempersilakan direksi PLN untuk menjelaskan penyebab padamnya listrik. Namun, Jokowi tampak tak puas dengan penjelasan yang diberikan. Ia kembali menyinggung soal kemampuan PLN dalam memperhitungkan risiko.

"Pertanyaan saya, apakah tidak dikalkulasi bahwa akan ada kejadian-kejadian. Kalau tahu-tahu //drop//, artinya pekerjaan-pekerjaan yang ada tidak dihitung, tidak dikalkulasikan. Itu merugikan kita semua," ucap Jokowi.

Plt Dirut PLN Sripeni Inten Cahyani mengakui proses pemulihan listrik berjalan lambat. Ia kemudian menjelaskan kronologi padamnya listrik. Sederhananya, pasokan listrik sebetulnya bisa diterima Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya di Banten untuk kemudian memasok kebutuhan listrik di Jawa Barat dan Banten dengan kapasitas 2.800 MW

Sayangnya, lambatnya sistem membuat aliran listrik dari Unit Pembangkitan (UP) Saguling di Jawa Barat membuat mekanisme di PLTU Suralaya telanjur 'dingin'. Artinya, butuh waktu lebih lama bagi PLTU Suralaya untuk kembali pulih agar bisa mengalirkan listrik.

Transmisi listrik dari UP Saguling dialirkan ke PLTU Suralaya melalui Cibinong, Depok, Gandul, dan Balaraja. "Saguling memiliki peran untuk menstabilkan daya. Namun, mesin sudah dingin sehingga yang awalnya butuh 4 jam, menjadi mundur Pak," kata Sripeni saat memberikan penjelasakan kepada Jokowi.

Sripeni menjelaskan, sistem kelistrikan di Jawa-Bali terbagi dalam dua transmisi, yakni utara dan selatan. Jaringan utara terdiri atas jalur Rembang, Ungaran, dan Mandiraja. Sementara, wilayah selatan terdiri atas Kediri, Kasugihan, dan Tasikmalaya. Kedua sistem transmisi bertegangan 500 kV untuk dua sirkuit.

Hal yang terjadi pada Ahad lalu, transmisi bagian utara mengalami gangguan. Dengan begitu, secara otomatis transfer daya dari timur ke barat sebesar 2000 MW dilayani seluruhnya melalui transmisi selatan.

Namun, karena salah satu sirkuit di selatan sedang dalam pemeliharaan, penyaluran daya hanya dilayani satu sirkuit. "Pada waktu pindah dari Ungaran ke Kasugihan dan Tasikmalaya, inilah yang kemudian membuat guncangan dalam sistem," katanya.

photo
Presiden Jokowi mendatangi Kantor Pusat PT PLN (persero), Senin (5/8) pagi.

Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Barat PLN Haryanto WS mengatakan, PLN berusaha segera memulihkan listrik di Jabodetabek, Jawa Barat, dan Banten. "Alhamdulilah, mulai jam 17.50 WIB tadi untuk Jakarta sudah tidak ada pemadaman. Saat ini masih ada sekitar 1.000 MW di daerah Banten dan Jabar yang masih padam," ujar Haryanto di kantor PLN, Jakarta, Senin (5/8) malam.

Haryanto menyampaikan, sampai Senin (5/8) sore, PLN sudah menyalakan tambahan pasokan 5.000 MW dan tambahan 3.000 MW pada malam hari yang bisa dialokasikan untuk para pelanggan di Jabar dan Banten yang masih padam. "Insya Allah, malam ini (kemarin malam--Red) bisa kita selesaikan untuk penyalaan kembali listrik pelanggan-pelanggan yang padam," kata Haryanto.

Sementara itu, layanan kereta rel listrik (KRL) commuter line sudah kembali beroperasi seusai terhenti total pada Ahad. VP Corporate Communications PT KCI Anne Purba mengatakan, layanan KRL normal sepenuhnya sejak pukul 04.00 WIB.

Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta juga kembali beroperasi normal pada Senin pagi. MRT melayani penumpang sesuai jadwal. "Sudah beroperasi sepenuhnya sesuai jadwal dan tarif normal," kata Kepala Divisi Sekretaris PT MRT Jakarta, Muhamad Kamaluddin. n sapto andika candra/muhammad nursyamsi/mabruroh/nawir/rahayu subekti ed: satria kartika yudha

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement