REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deretan rumah panggung berdiri kokoh diatas air yang menggenangi pemukiman bernama Kampung Teko atau biasa lebih dikenal Kampung Apung. Kampung yang dihuni oleh sekitar 200 Kepala Keluarga dengan luas tiga hektar itu berdiri diatas air berwarna hijau yang dahulunya merupakan area pemakaman dan persawahan warga.
Kampung ini menjadi kampung terapung bukan tanpa sebab. Pemukiman yang berada di Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, sejak dibangun kompleks pergudangan di sekitar Kampung Apung pada tahun 1988. Hal tersebut membuat daerah resapan air untuk irigasi sawah dan saluran air yang menuju Kali Angke harus terhalang sehingga membuat permukiman warga ini tergenang.
Akses untuk menuju Kampung Apung dihubungkan dengan sebuah jembatan beton tanpa pagar pembatas. Hal tersebut membuat warga khawatir karena berbahaya untuk anak-anak yang sedang bermain. "Jembatanya kecil dan tidak ada pagar pembatas. Takutnya kita meleng anak kecebur, kan lumayan itu dalemnya ada kali tiga meter," ujar Mimin (61), salah satu warga yang sudah 50 tahun tinggal di Kampung Apung.