REPUBLIKA.CO.ID, TEGUCIPALGA -- Ribuan pemrotes turun ke jalan di Ibu Kota Honduras, Tegucigalpa, untuk mendesak Presiden Juan Orlando Hernandez mundur, Selasa (6/8). Aksi itu dilakukan hanya beberapa hari setelah ia dipaksa membantah menerima uang dari gerombolan narkoba.
Hernandez diduga menerima uang dari gerombolan narkoba untuk menang dalam pemilihan umum pada 2013. Setidaknya tiga tempat bisnis di kota tersebut terbakar setelah protes berubah rusuh.
Polisi antihuru-hara bentrok dengan demonstran saat berusaha membubarkan massa dengan menggunakan gas air mata dan semprotan air. "Narco harus pergi, JOH harus pergi!" demikian teriakan pemrotes, yang menggunakan singkatan nama presiden, saat mereka berpawai melalui bagian tengah Tegucigalpa menuju Kongres.
Satu dokumen pengadilan disiarkan pada penghujung pekan lalu. Di dalam dokumen tersebut jaksa AS menduga upaya Hernandez untuk jadi presiden pada 2013 sebagian didanai uang dari penyelundup narkoba.
Dokumen itu, yang diajukan ke pengadilan Distrik AS Selatan, New York mengatakan kampanye Hernandez menerima 1,5 juta dolar AS dari proses narkoba yang digunakan untuk menyuap para pejabat sebagai imbalan bagi perlindungan dan penuntasan pekerjaan umum. Hernandez membantah tuduhan tersebut, dan menyatakan dia menjadi korban kegiatan penodaan oleh gerombolan narkoba yang telah ia jadikan sasaran.
Ia menuduh lawan politiknya, seperti mantan presiden Manuel Zelaya berkolusi dengan gerombolan narkoba untuk mencoreng reputasinya. Pemrotes menyerang polisi dengan kayu dan batu di dekat gedung Kongres setelah polisi menembakkan gas air mata. Seorang pejabat Palang Merah mengatakan lima orang dirawat karena cedera.
Juru Bicara Pemadam Kebakaran Cesar Trochez mengatakan tiga tempat usaha terbakar selama bentrokan. Ditambahkannya, penyebab kebakaran masih diselidiki.
Demonstrasi menentang Hernandez diserukan oleh Platform bagi Pertahanan Pendidikan dan Kesehatan Masyarakat, koalisi serikat pedagang dan pekerja masyarakat yang telah berusaha mendepak presiden itu sehubungan dengan rencananya bagi layanan masyarakat. Hernandez, sekutu konservatif Amerika Serikat, telah menghadapi tekanan yang meningkat sejak adiknya Tony ditangkap di Miami pada November dengan tuduhan penyelundupan narkoba.