Jumat 09 Aug 2019 05:00 WIB
Terdampak ceceran minyak dari eksplorasi sumur YY-1 milik Pertamina Hulu Energi ONWJ.

'Jangan Ambil Pasir Kami'

Penduduk di Desa Cemarajaya ini khawatir abrasi akan semakin parah.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Agus Yulianto
Petugas mengumpulkan tumpahan minyak mentah yang tercecer di Pesisir Pantai Mekarjaya, Karawang, Jawa Barat, Kamis (8/8/2019).
Foto: Antara/M Ibnu Chazar
Petugas mengumpulkan tumpahan minyak mentah yang tercecer di Pesisir Pantai Mekarjaya, Karawang, Jawa Barat, Kamis (8/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, Jangan ambil pasir kami, itulah jeritan hati yang dirasakan warga Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Pasalnya, sejak terjadinya pencemaran minyak dampak dari eksplorasi sumur minyak YY-1 milik Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ, lingkungan di desa itu ikut kena imbasnya. Setiap harinya, ceceran minyak terdampar dan menyatu dengan pasir pantai.

Warga (42 tahun), anggota Pokmas Mulya Bahari, mengatakan, kebocoran minyak ini terjadi sejak 12 Juli yang lalu. Dua hari berikutnya, tepatnya 14 Juli, ceceran minyak mentah terlihat menghiasi pasir di wilayah pesisir ini. Jika hari masih pagi, ceceran minyak itu bentuknya padat, seperti kotoran kambing dan ada yang ukurannya sebesar kepalan orang dewasa.

"Kalau sudah siang, minyak mentah atau spill oil ini meleleh, lalu masuk ke dalam sela-sela pasir pantai," ujar Warga, kepada Republika.co.id, Kamis (8/8).

Karena kondisi ini, lanjut Warga, pihak Pertamina meminta supaya ceceran minyak mentah itu dibersihkan dari pantai. Salah satu caranya, minyak yang telah lengket dengan pasir tersebut, harus diambil dengan alat, seperti cangkul atau sendok teplok tembok.

Akibat aktivitas ini, tak hanya minyaknya yang terambil. Melainkan juga pasirnya. Warga, bersedih dengan kondisi ini. Sebab, semakin banyak pasir yang terambil paksa ini, menjadi dilema buat penduduk Desa Cemarajaya.

Mengingat, abrasi pantai di desa ini cukup parah. Saat ini, jarak bibir pantai dengan pemukiman penduduk, istilahnya sudah sejengkal tanah. Bahkan, sudah banyak rumah-rumah yang ditinggalkan penghuninya, akibat abrasi ini.

Jika pasir laut itu, terus-terusan diambil, penduduk di desa ini khawatir, abrasi akan semakin parah. Karena itu, pihaknya meminta ada solusi atas masalah ini. Jangan sampai, pencemaran minyak ini kedepannya menimbulkan masalah baru. Yakni, semakin parahnya abrasi laut.

Kastim, Ketua RT 02/03 Dusun Cemara, Desa Cemarajaya, mengatakan, warga disini sudah khawatir dengan abrasi. Satu-satunya jalan desa yang menghubungkan dengan wilayah pesisir lainnya juga turut terancam abrasi. Bahkan, di lokasi yang jaraknya sejauh 500 meter dari kantor desa, jika air laut pasang, jalan desa itu tak bisa dilalui kendaraan.

"Abrasinya sangat parah di desa kami, jadi kalau bisa jangan ambil pasir kami," ujarnya.

Kalau ada solusinya, sebaiknya pasir yang ikut terbawa dengan ceceran minyak ini dikembalikan. Misalkan, minyaknya dibakar, tapi pasirnya dikembalikan lagi ke pesisir. Atau, ada upaya kedepannya yaitu dibuatkan batu bronjong penahan air laut (water guard).

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Karawang, Wawan Setiawan, mengaku, pihaknya juga sudah menerima laporan soal kondisi pesisir saat ini. Termasuk, keinginan warga yang, berharap pasir laut tidak ikut dibawa bersama ceceran minyak.

"Warga ingin, pasir lautnya tidak ikut dimusnahkan. Tapi, pasir sisa pembakaran itu bisa dikembalikan lagi ke laut. Tapi, kita akan bahas untuk mencari solusinya," ujar Wawan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement