REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Lautze mengadakan shalat Idul Adha pada Ahad, (11/8). Khotbah di Masjid yang didominasi etnis China Muslim itu menekankan pentingnya persamaan antar umat manusia.
Pengkhotbah, Sujana Sulaeman Chu Yung Wei mengatakan salah satu isi khotbahnya menceritakan nasib manusia saat di padang Arafah. Disana manusia merasakan kepanasan yang sama tanpa peduli latar belakangnya. Kondisi ini, kata dia, tak jauh beda dengan nantinya di padang Mashyar.
"Semua terasa sama enggak ada beda tingkatannya. Supaya kita tidak perlu berbangga hidup dengan latar belakang apa pun. Semua sama saja di hadapan Allah," katanya saat diwawancara Republika.co.id usai pelaksanaan shalat.
Ia menekankan sesama manusia tak perlu melihat atas dasar suku, agama atau ras. Ia menganjurkan manusia sebaiknya berlomba dalam kebaikan. "Yang seperti itulah yang lebih mulia di hadapan Allah," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Haji Karim Oei selaku pengurus Masjid Lautze, Muhammad Ali Karim Oei memandang tema khotbah kali ini sesuai dengan pengalaman pribadinya berdakwah. Ia menyayangkan bahwa etnis China jarang terpapar pemahaman tentang Islam.
"Selama ini satu etnis yang enggak disentuh ustaz dan kiai ya China ini. Jarang dakwah ke mereka. Padahal China sama saja dengan manusia lain tidak dibeda-bedakan," ucapnya.
Akibat kondisi itu, menurutnya wajar saja jika sebagian etnis China berpikir negatif tentang Islam. Terlebih dengan merebaknya isu terorisme yang seolah menyudutkan Islam. "Contohnya orang China kalau kecopetan pasti nuduh orang Islam. Padahal ini kan salah oknum bukan agamanya, ya karena di sini mayoritas Muslim saja. Coba ke Filipina pasti nuduhnya yang nyopet orang Kristen," ungkapnya.
Ia berharap ke depannya masing-masing suku dan ras dapat hidup dengan rukun dan damai tanpa adanya prasangka buruk.