Senin 12 Aug 2019 20:00 WIB

Denyut Syiar Islam di Hong Kong

Di beberapa distrik (kota) tersibuk di Hong Kong, syiar Islam terus berdenyut.

Rep: Mozaik Republika/ Red: Agung Sasongko
Hong Kong
Foto: wikimedia
Hong Kong

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hong Kong merupakan salah satu negara terfavorit untuk tujuan wisata dunia. Dan, di negeri ini, pariwisata merupakan tonggak utama perekonomian Hong Kong dengan jumlah wisatawan mencapai 21,81 juta orang tahun 2004. Bahkan, hampir setiap tahun, jumlah wisatawan terus meningkat rata-rata 11,1 persen per tahun.

Negara yang memiliki luas wilayah sekitar 1.100 kilometer persegi ini, dihuni oleh sekitar 6.880.000 jiwa berdasarkan sensus penduduk tahun 2006 dengan kepadatan penduduk mencapai 6.254 per kilometer persegi.

Di negara yang resmi diserahkan pada pemerintahan Republik Rakyat Cina (RRC) 1 Juli 1997 itu, didiami oleh berbagai komunitas agama, seperti Konghucu, Buddha, Kristen, Hindu, Katholik, dan Islam.

Dari sekitar 6,8 juta jiwa itu, sekitar 120 ribu penduduk Hong Kong menganut agama Islam. Sisanya terbagi atas Konghucu, Buddha, Kristen, Hindu, dan Katholik.

Kendati jumlah penganut Islam minoritas, namun kegiatan keagamaan di negeri ini terus menggeliat. Bahkan, dukungan dan kehadiran sejumlah Tenaga Kerja Indonesia (mereka lebih senang disebut dengan Buruh Migran Indonesia, BMI) di negara ini, membuat syiar Islam makin semarak.

Dan, di beberapa distrik (kota) tersibuk di Hong Kong, syiar Islam terus berdenyut. Terdapat lima masjid yang menjadi pusat aktivitas keislaman di negeri bagian Cina ini.

Yang tertua adalah Masjid Jamia yang terletak di Shelley Street, yang dibangun pada 1890-an dan kemudian dibangun kembali pada 1905. Masjid Kowloon dan Pusat Islam di Nathan Road, dibuka pada 1984. Masjid Ammar dan Pusat Islam di Oi Kwan Road di Wan Chai dibuka pada September 1981. Pekuburan Muslim Cape Collinson turut mempunyai masjid. Selain itu, juga ada Masjid Stanley.

Azan mengalun indah di kawasan sibuk aktivitas Nathan Road, Hong Kong.Sementara, kerumunan manusia terus bergerak sampai akhirnya berhenti di keset tenunan sebelum masuk masjid, mereka bersiap shalat Jumat.

Pada jam itu, semua perhatian seolah tersedot ke masjid. Para pria seperti sepakat berhenti sejenak dari pekerjaannya, berganti 'kostum', lalu bergerak ke masjid. Di bagian lain, seorang wanita berdiam seperti patung. Mulutnya berucap perlahan, melafalkan ayat-ayat Alquran. Begitu Imam Cheung menyudahi iqamat-nya, shalat berjamaah pun dimulai.

Aktivitas di atas merupakan sekelumit kehidupan komunitas Muslim di Hong Kong. Kota yang padat aktivitas dan memiliki kehidupan yang tidak pernah berhenti, menyisakan sebagian ruang heningnya bagi para pemeluk agama untuk beribadah. Meski bukan mayoritas, namun umat Islam di sana menikmati kebebasan menjalankan ibadah mereka.

Berdasarkan data statistik tahun 2007, jumlah warga Muslim di Hong Kong tercatat ada sekitar 120 ribu orang. Mereka saling berbagi wilayah bersama komunitas Kristen, Buddha, dan Hindu. Karena itu, mereka sangat berhati-hati untuk tidak saling mengganggu satu sama lain. Itu sebabnya, azan hanya boleh dilakukan terbatas di masjid.

Masjid dan pusat kegiatan Islam cukup berkembang di kota ini. Setiap Jumat, Imam Cheung melayani jamaahnya di masjid Kowloon yang banyak didatangi umat Islam dari berbagai etnis. Sebagian dari mereka merupakan komunitas Cina, sisanya terbagi atas Muslim Asia Tenggara, Timur Tengah, Pakistan, India, dan Afrika.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement