REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Daarul Qur'an yang terletak di Dusun Sadaunta, Kulawi, Sigi, Sulawesi Tengah diterjang banjir bandang, Rabu (14/8). Menurut pengakuan warga, banjir bandang diakibatkan karena hujan lebat yang terjadi pada malam sebelumnya.
Salah seorang pengurus masjid, Muhammad Yasin Hajilatari (49), menggambarkan suasana saat banjir bandang menerjang wilayah ini. “Semalam (Selasa, 13/8) itu betul-betul menakutkan. Sekitar jam enam sampai sembilan malam di sini diguyur hujan. Airnya semakin deras, dan akhirnya banjir,” tuturnya.
Bangunan utama masjid tak terpengaruh banjir. Namun tempat wudu dan bangunan di sekitarnya yang berada lebih rendah dari bangunan lainnya mengalami kerusakan.
Banjir bandang ini membawa serta bebatuan yang berasal dari gunung. Kini bebatuan itu berserakan di sekitar wilayah masjid. Selain masjid, ada delapan rumah warga yang juga porak poranda diterjang banjir. Rumah-rumah yang rusak itu terletak di bantaran sungai.
Saat ini, warga yang rumahnya terdampak banjir dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Puing-puing rumah dan barang-barang mereka pun sudah mulai dibersihkan. Barang-barang yang masih dapat dipergunakan diambil kembali oleh pemiliknya.
Menurut Yasin, banjir bandang ini juga menyebabkan aliran listrik yang padam. Selain itu, ketidaktersediaan air bersih juga menjadi masalah yang muncul. Tetapi, berkat bantuan dari pemerintah daerah yang sigap datang ke lokasi, kini air bersih sudah mulai sampai ke warga.
"Saya sudah 18 tahun di sini. Banjir semalam memang melebihi debit air dan kami tidak bisa memantau lebih dekat. Kita tidak pernah menduga hal ini terjadi, jauh sebelum ini pernah terjadi banjir, tapi tidak sebesar yang sekarang," tutur Yasin.
Yasin menduga, selain curah hujan yang tinggi, banjir juga terjadi akibat adanya genangan air di hutan yang lokasinya berada di wilayah yang lebih tinggi daripada rumah warga.
“Banyak warga yang melihat ada genangan air di atas hutan pascagempa lalu. Warga meyakini hal tersebut juga menjadi salah satu kemungkinan insiden yang mengejutkan ini,” lanjutnya.
Saat ini, evakuasi masih terus dilakukan oleh Yasin dan warga sekitar. Mereka berharap tidak terjadi bencana susulan dan fasilitas kembali pulih agar aktivitas dapat berjalan seperti biasa.
Direktur Utama PPPA Daarul Qur’an Tarmizi As Shidiq mengatakan, Masjid Daarul Qur’an Sadaunta dibangun lembaganya pascagempa Sulawesi Tengah. Kala itu, bangunan masjid yang jadi satu-satunya tempat ibadah warga hampir rata dengan tanah.
PPPA memutuskan membangun kembali masjid yang berada di bawah Taman Nasional Lore Lindu itu. “Sejatinya masjid akan kami resmikan pada Agustus 2019 ini. Namun, tertunda karena banjir bandang ini. Semoga bencana segera berakhir agar masjid bisa segera diresmikan,” harap Tarmizi.