REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN --- Pondok Pesantren Pembangunan merupakan salah satu diantara banyak pesantren di Kabupaten Kuningan yang sukses memadukan metode pendidikan pesantren tradisional atau salaf dan metode pendidikan pesantren modern. Pesantren ini berdiri pada 2011 di bawah Yayasan Pembangunan Pendidikan Al Muawanah. Pendirinya adalah Prof. Dr Ahmad Sukardja seorang guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan pernah menjabat sebagai Hakim Agung di Mahkamah Agung.
Pesantren Pembangunan yang berada di Desa Mandirancan, Kecamatan Mandirancan, Kuningan ini memang merupakan lembaga teranyar yang didirikan Yayasan. Sebab terlebih dulu, Yayasan Pendidikan Pembangunan Al Muawanah mendirikan lembaga formal mulai dari tingkat taman kanak-kanak, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.
Kendati baru delapan tahun berdiri, tetapi pesantren Pembangunan sudah mampu meluluskan santri-santri yang berkualitas. Tak hanya mampu mengaji kitab-kitab kuning, para santri lulusan pesantren Pembangunan ini pun mampu bersaing di berbagai perguruan tinggi ternama di tanah air terlebih dengan mereka dibekali dengan kemampuan penggunaan bahasa Arab dan Bahasa Inggris yang merupakan salah satu program unggulan pesantren.
“Untuk tingkat Tsanawiyah misalnya, kita membedakan kelas antara kelas pesantren dan reguler. Karena disini disamping mendapatkan kurikulum Kemenag juga ada kurikulum pesantren. Kita memadukan kurikulum pesantren Salaf dan kurikulum pesantren modern, keduanya kita kembangkan,” kata Pengasuh Pesantren Pembangunan, Ustaz Yusuf Muzamil saat berbincang dengan Republika,co.id pada Selasa (20/8).
Saat ini Pesantren pembangunan memiliki 176 santri. Pada hari aktif, santri mengikuti pembelajaran formal dan pesantren dari pagi hingga siang hari. Ruang kelasnya pun dibedakan dengan para siswa lain yang bersekolah di lembaga pendidikan formal di bawah Yayasan.
Ada enam kelas putra dan enam kelas putri sesuai tingkatan pendidikannya. Selain pelajaran umum, santri juga mempelajari kitab-kitab kuning semisal Jurumiyah, Imrity, Fathul Qarib, Sarfinah, Hadits dan lainnya sesuai tingkatan. Untuk mata pelajaran bahasa khususnya, pesantren ini juga menggunakan bahasa pengantar sesuai mata pelajaran yang diajarkan yakni bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Arab. Sementara pada sore dan malam hari, santri kembali memperdalam keilmuan agama dengan metode bandoengan ala pesantren Salaf.
“Untuk kajian salaf dengan bandoengan ini kami menggunakan logat Jawa untuk pemaknaannya,” kata Yusuf.
Ia mengungkapkan Pesantren Pembangunan memiliki tiga program unggulan yakni maharotu lugoh yakni kecakapan santri dalam penggunaan bahasa Arab dan bahasa Inggris. Maharotu Kutub yakni kecakapan santri dalam memahami literatur keislaman. Dan Tahfidzul Qur'an yakni program menghafal Al Qur'an.
Saat ini pesantren Pembangunan pun tengah berupaya melakukan kerjasama dengan Universitas dan Perguruan Tinggi di Luar Negeri sehingga para santri lulusan Pesantren Pembangunan dapat mudah melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri.