REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Brasil mengerahkan angkatan bersenjata untuk membantu menanggulangi kebakaran besar yang terjadi di Amazon. Dalam beberapa waktu terakhir, insiden ini telah menimbulkan kekhawatiran global secara luas.
Kebakaran itu bahkan menjadi persoalan mendesak bagi banyak negara karena hutan hujan itu menyumbang 20 persen oksigen dunia. Keputusan mengerahkan angkatan bersenjata dikeluarkan oleh Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Ia mengesahkan pengerahan tentara di cagar alam, tanah adat, dan daerah perbatasan di Amazon.
“Sebagai orang militer, saya telah belajar mencintai hutan Amazon dan saya ingin membantu melindunginya," ujar Bolsonaro.
Pengumuman Bolsonaro datang setelah adanya tekanan kuat dari banyak pemimpin negara-negara Eropa. Sebelumnya, ia mengkritik Pemerintah Brasil menjadi sasaran kampanye kotor para kritikus.
Bolsonaro bahkan mengatakan kebakaran Amazon tidak dapat digunakan sebagai dalih memberikan sanksi pada Brasil. Tudingan dari pria berusia 64 tahun itu datang setelah Prancis dan Irlandia mengatakan tidak akan meratifikasi kesepakatan perdagangan besar dengan negara-negara Amerika Selatan, kecuali Brasil berbuat lebih banyak untuk mengatasi kobaran api di hutan tersebut.
Kementerian Keuangan Finlandia juga meminta Uni Eropa (UE) mempertimbangkan larangan impor daging sapi ke Brasil. Finlandia saat ini menjadi negara yang memegang jabatan presiden Dewan UE yang dipilih negara-negara anggota setiap enam bulan.
Tak sedikit aktivis lingkungan yang mengadakan aksi protes di banyak kota di seluruh Brasil pada Jumat (23/8). Mereka menuntut tindakan pemerintah memerangi kebakaran. Bahkan, demonstrasi juga terjadi di kedutaan besar Brasil di seluruh dunia.
Amazon adalah hutan hujan terbesar dunia dan selama ini menyimpan karbon vital untuk memperlambat laju pemanasan global. Dikenal sebagai paru-paru dunia, Amazon adalah rumah bagi sekitar tiga juta spesies tumbuhan dan hewan, serta terdapat satu juta penduduk yang berada di sekitarnya.
Kebakaran Amazon nampaknya akan menjadi agenda utama dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 yang diselenggarakan pada akhir pekan ini di Prancis. Presiden Prancis Emmanuel Macron telah mengatakan persoalan mendesak ini harus dibahas secara mendalam oleh para pemimpin dunia.
Sebelumnya, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyebut kebakaran itu sebagai krisis internasional. Kemudian Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga menyatakan kekhawatiran secara mendalam di rengah kondisi bumi saat ini.
"Di tengah-tengah krisis iklim global, kita tidak mampu menghadapi lebih banyak kerusakan pada sumber utama oksigen dan keanekaragaman hayati. Amazon harus dilindungi,” ujar Guterres melalui jejaring sosial Twitter, Kamis (22/8).
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan siap membantu menanggulangi kebakaran Amazon. Ia juga telah berbicara dengan Bolsonaro pada Jumat (23/8) malam.
Data satelit yang diterbitkan National Institute for Space Research (Inpe) menunjukkan peningkatan 85 persen pada tahun ini dalam kebakaran di seluruh Brasil, yang sebagian besar berada di wilayah Amazon. Inpe juga mencatat jumlah kebakaran tidak sesuai dengan yang biasanya dilaporkan selama musim kemarau.
Bolsonaro menepis data yang dikeluarkan Inpe, dengan alasan terdapat musim queimada atau musim saat petani melakukan pembakaran lahan, sebelum penanaman kembali. Kebakaran hutan sering terjadi pada musim kemarau di Brasil tetapi, tak sedikit yang juga sengaja memulai upaya deforestasi lahan untuk peternakan secara ilegal.