REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Keuangan PT Timah Tbk Emil Ermindra mengatakan PT Timah sedang berusaha melakukan ekspansi eksplorasi ke negara-negara di Afrika. Salah satu negara yang dibidik adalah Nigeria.
"Yang sudah kami canangkan ke Nigeria, yang lain masih feasibility study," ujar Emil saat jumpa pers usai public expose di Kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (27/8).
Emil menyampaikan, pembentukan perusahaan patungan (joint venture) dengan perusahaan asal Nigeria diharapkan dapat segera terbentuk untuk menjalin kerja sama dalam membangun pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) di Nigera.
"Kita sudah buat divisi sama perusahaan di sana, tahapnya eksplorasi, jadi sebelum menambang kita eksplorasi dahulu," ucap Emil.
Selain itu, lanjut Emil, Timah juga sedang menjajaki terkait lokasi pembangunan smelter. Emil menjelaskan, nilai investasi di Nigeria masih di bawah 20 juta dolar AS.
"Investasi di nigeria ini, smelter kapasitasnya masih sangat kecil. Kapasitasnya untuk awal masih di bawah 5 ribu metrik ton (MT)," kata Emil.
Sebelumnya, Direktur Utama Timah Riza Pahlevi menargetkan tahun ini proses pembentukan JV bisa selesai. Riza menjelaskan saat ini perusahaan bersama dengan rekan perusahaannya yang bekerjasama mengelola lahan di Nigeria tersebut masih dalam proses melakukan eksplorasi.
"Progress eksplorasi kan panjang, ya, prosesnya. Doain ajalah biar kami segera bisa menyelesaikan prosesnya," ujar Riza di Kementerian ESDM, Rabu (12/6).
Dalam proses pencarian cadangan baru ini memang perusahaan melakukan banyak penjajakan di beberapa negara. Selain nigeria, perusahaan juga menjajaki potensi cadangan di Myanmar. Dalam menjajaki proses di Nigeria, Timah menggaet Topwide Venture Ltd.
Pencarian cadangan produksi ini memang dilakukan untuk menjaga keseimbangan, pertumbuhan, dan ketahanan perusahaan. Tercatat, saat ini total cadangan aluvial perusahaan sebesar 377.549 ton atau masih bisa bertahan sampai 10 tahun ke depan.