Rabu 28 Aug 2019 09:22 WIB

Joe Biden: Rasialisme di Amerika Institusional

Biden mengatakan Trump memecah-belah AS secara rasial dengan supremasi kulit putih..

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Joe Biden
Foto: EPA/Sergey Dolzhenko
Joe Biden

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan wakil presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan rasialisme di Amerika institusional. Menurutnya, permasalahan itu dapat diatasi dengan mengalahkan Presiden AS Donald Trump dan membuatnya bertanggung jawab karena telah memecah-belah AS secara rasial.

"Masyarakat kulit putih menjadi alasan rasialisme institusional, selalu ada rasialisme di Amerika, supremasi kulit putih selalu ada, mereka masih ada," kata Biden, Rabu (28/8).

Baca Juga

Dalam wawancaranya dengan sejumlah wartawan, Biden mengatakan kata-kata Trump dapat 'membakar insting dasar manusia yang paling buruk'. Seperti yang dapat dilakukan manusia dalam menggerakkan pasar atau berperang.

Mantan wakil presiden Barack Obama itu memimpin nominasi kandidat presiden dari Partai Demokrat di hampir semua jajak pendapat. Sebagian besar karena ia dapat dukungan yang kuat dari masyarakat kulit hitam. Ia menarik kelompok masyarakat itu sebagai pusat kampanyenya.

Biden juga bersumpah memaksimalkan angka pemilih kulit hitam dan latin. Dalam wawancara selama satu jam tersebut Biden fokus pada isu-isu rasial.

Dengan menyoroti isu rasialisme, Biden juga bermaksud menjadikan isu itu sebagai inti kampanyenya. Berbeda dari Trump yang menurut Biden menjadikan isu memecah-belah, ia ingin melakukan hal yang sebaliknya.

Angka pemilih kulit hitam akan sangat penting bagi kandidat presiden dari Partai Demokrat. Partai itu berhasil merebut kembali beberana negara bagian seperti Pennsylvania, Michigan, dan Wisconsin.

Biden juga berharap pada masyarakat kulit hitam dan kulit putih bukan lulusan universitas yang berpaling dari Partai Republik. Untuk terus menarik pemilih kulit hitam, Biden mengatakan ia terus berkampanye di media-media kelompok masyarakat tersebut.

Ia terlibat di berbagai lembaga budaya kulit hitam, seperti gereja, persaudaraan perguruan tinggi, dan kampus-kampus kulit hitam. "Kabar buruknya saya memiliki rekor yang panjang, berita baiknya saya memiliki rekor yang panjang, orang-orang mengenal saya, setidaknya mereka merasa mereka mengenal saya, saya sudah pikirkan itu selama ini, saya pikir mereka merasa mengetahui karakter saya, siapa saya," kata Biden.

"Tidak pernah, dalam sepanjang umur saya dalam keadaan saya merasa tidak nyaman berada di komunitas masyarakat kulit hitam," tambahnya.

Menurutnya, hal ini tidak dapat disaingi calon kandidat presiden dari Partai Demokrat lainnya. Tanpa menyebutkan nama, Biden menyinggung tentang calon kandidat presiden Senator Kamala Harris yang dalam debat pertama membahas masa lalu Biden di isu segregasi sekolah.

"Yang saya tahu, saya pikir tidak ada orang di masyarakat (kulit hitam) yang berpikir apa katanya? 'Saya tahu Anda bukan rasialis, Joe', saya pikir tidak ada orang berpikir seperti itu tentang saya," kata Biden.

Ia juga mengatakan lebih menyukai untuk menarik seseorang dari kelompok minoritas atau perempuan untuk menjadi rekannya sebagai wakil dalam pemilihan presiden. Tapi pada akhirnya ia memilih rekan yang dapat berkerja sama dengan baik.

"Siapa pun yang akan saya pilih, saya lebih menyukai orang yang kulit berwarna dan siapa yang memiliki gender yang berbeda, tapi saya tidak akan membuat komitmen sampai saya tahu orang yang saya hadapi benar-benar dapat dipercaya, autentik, dan berada di halaman yang sama," katanya.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement