Sabtu 31 Aug 2019 14:17 WIB

AS Sebut Kapal Tanker Iran Kini Menuju Suriah

Kapal tanker tersebut membawa minyak dua juta barel ketika dirilis di Gibraltar.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Budi Raharjo
Kapal tanker minyak Iran Grace 1 di Selat Gibraltar, Spanyol, 15 Agustus 2019.
Foto: REUTERS/Jon Nazca
Kapal tanker minyak Iran Grace 1 di Selat Gibraltar, Spanyol, 15 Agustus 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Turki menyatakan pada Jumat (30/8), bahwa kapal tanker minyak Iran menuju ke perairan Lebanon. Namun hal ini berbeda dengan Amerika Serikat (AS), yang mengatakan kapal itu berlayar ke Suriah.

"Kami memiliki informasi yang dapat dipercaya bahwa kapal tanker sedang berlangsung dan menuju ke Tartus, Suriah," ucap Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, mengatakan dalam sebuah tweet pada Jumat malam. Pompeo sebelumnya mengatakan bahwa jika kapal tanker itu pergi ke Suriah, Washington akan mengambil tindakan dengan memberlakukan sanksi AS.

Adapun kapal itu telah ditahan di Gibraltar karena kecurigaan Inggris bahwa, itu akan membawa minyak Iran ke Suriah yang melanggar sanksi Uni Eropa (UE). Kemudian akhirnya kapal telah dilepaskan dari Gibraltar pada pertengahan Agustus, setelah kebuntuan selama lima pekan. Iran meyakinkan Inggris bahwa kapal itu tidak menuju ke Suriah.

Kapal tanker Adrian Darya, sebelumnya bernama Grace 1. Kapal tanker tersebut membawa minyak dua juta barel ketika dirilis di Gibraltar.

Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu mengatakan, terlepas dari data pelacakan, kapal tanker itu pasti tidak pergi ke pelabuhan Turki melainkan menuju perairan Lebanon. Sebelumnya pada Jumat, menteri mengatakan kapal menuju ke pelabuhan utama Lebanon.  

"Saya tidak bermaksud bahwa kapal tanker ini akan pergi ke pelabuhan Lebanon, tetapi (lebih tepatnya) menurut informasi koordinat itu sedang menuju ke perairan teritorial negara itu," katanya.

"Itu tidak berarti bahwa itu akan mencapai pelabuhan Lebanon. Kami memonitornya dengan sangat cermat," ucap Cavusoglu.

Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan Lebanon Ali Hassan Khalil mengatakan dalam sebuah wawancara terpisah, "Kami belum diberi tahu tentang kapal tanker minyak Iran Adrian Darya yang menuju kesini," kata dia.

photo
Kapal tanker Iran Grace 1 setelah ditahan oleh Royal Marine Inggris Juli lalu di Selat Gibraltar, selatan Spanyol, Selasa (13/8).

AS mengatakan kapal tanker itu dikendalikan oleh Pengawal Revolusi Iran, yang dianggapnya sebagai kelompok teroris. "Yang penting di sini adalah membawa minyak yang memungkinkan terorisme rezim (Presiden Bashar al-Assad)," kata juru bicara Departemen Luar Negeri, yang menolak menyebutkan namanya.

Pemerintahan Trump telah menyampaikan posisi kuat mereka melalui saluran diplomatik ke semua pelabuhan di Mediterania, yang harus diperingatkan tentang pemberian fasilitasi kapal tanker itu. Departemen Keuangan AS pada Jumat membuat daftar hitam kapal, dan memberi sanksi kepada kaptennya.

Washington tahun lalu menarik diri dari kesepakatan nuklir dengan Iran yang bertujuan menghalangi jalannya menuju bom nuklir, dan telah meningkatkan sanksi untuk menekan Teheran. Sementara Iran menyangkal pernah berusaha membangun atau memperoleh senjata nuklir.

Cavusoglu mengatakan kepada Reuters bahwa Presiden Turki, Tayyip Erdogan berbicara tentang koordinasi kapal dengan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson pada Kamis (29/8). Dalam pembicaraan itu, London mengatakan para pemimpin sepakat bahwa penting untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir, tetapi tidak menyebutkan perihal kapal tanker itu.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement