REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Rusli Abdullah memprediksi, tingkat inflasi sampai akhir tahun ini diperkirakan lebih tinggi dibanding dengan tahun lalu. Sebab, capaian inflasi year on year pada Agustus 2019 adalah 3,49 persen, lebih tinggi dari periode yang sama pada tahun lalu, 3,20 persen.
Salah satu poin yang harus diperhatikan pemerintah adalah volatile food atau inflasi komponen bergejolak. Secara tahun kalender (Januari-Agustus), tingkat inflasinya sudah mencapai 5,86 persen, sementara inflasi tahun ke tahun (year on year) mencapai 5,96 persen.
Rusli menekankan, pekerjaan rumah pemerintah saat ini adalah perencanaan impor atau tidak impor beras yang tepat waktu. Kebijakan ini seharusnya bisa dilaksanakan dengan tepat mengingat pemerintah sudah memiliki data valid terkait tentang produksi beras. "Waktu itu dirilis Oktober 2018," tuturnya ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (3/9).
Perencanaan itu harus dibuat oleh pemerintah, termasuk melibatkan Perum Bulog. Tujuannya, Rusli menambahkan, agar Bulog tidak mengalami kelebihan beras di gudang mereka yang berakibat pada potensi disposal beras dan mengganggu kemampuan menyerap dan distribusi beras dari petani.
Tapi, secara umum, pemerintah sudah melakukan upaya yang baik. Khususnya dalam menangani potensi mengenai pangan. "Kesigapan pemerintah ini terlihat dari deflasi bahan makanan pada agustus 2019 sebesar minus 0.19," ujar Rusli.
Untuk selanjutnya, Rusli menambahkan, pemerintah harus menjaga momentum ketersediaan data produksi beras yang valid tersebut dengan didukung dua hal. Pertama, optimasi Tim Pengendali Inflasi Daerah. Jangan sampai kejadian naiknya harga cabai dan bawang putih terulang.
Kedua, Rusli mengatakan, pemerintah harus berupaya meningkatkan peran satuan tugas (satgas) pangan yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan. Ini dalam rangka pengawasan distribusi bahan pangan, terutama beras.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tingkat inflasi pada Agustus adalah 0,12 persen. Dengan angka tersebut, tingkat inflasi tahun kalender (Januari hingga Agustus 2019) adalah 2,48 persen. Sedangkan, tingkat inflasi tahun kalender atau year on year (yoy) mencapai 3,49 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, melihat angka tahunan tersebut, tingkat inflasi masih terkendali karena nilainya berada di bawah target pemerintah, yakni 3,5 persen. "Kita berharap, inflasi di bulan berikutnya hingga Desember tetap terkendali," ujarnya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (2/9).