Jumat 06 Sep 2019 21:11 WIB

Muhammadiyah akan Usulkan Kalender Islam Global di Muktamar

PP Muhammadiyah melakukan kajian terhadap kalender Islam global.

Rep: Muhyiddin/ Red: Gita Amanda
Muhammadiyah
Foto: wikipedia
Muhammadiyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PP Muhammadiyah) menggelar pengajian bulanan bertema "Kalender Islam Global dan Pencerahan Peradaban" di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (6/9) malam. Tema yang dibahas dalam pengajian tersebut akan diusulkan dalam Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Solo pada 1-5 Juli 2020.

Ahli Astronomi Muhammadiyah, Prof Tono Saksono mengatakan, dalam pengajian bulanan tersebut PP Muhammadiyah melakukan kajian terhadap kalender Islam global untuk kemudian bisa diusulkan dalam Muktamar Muhammadiyah tahun depan.

Baca Juga

"Ini akan dibawa ke Muktamar. Nah akan difinalisasi dalam diskusi sekarang ini. Tentu saja tidak ditetapkan sekarang. Itu akan dikaji lagi kemudian apakah itu akan diusulkan betul dalam Muktamar Muhammadiyah di Solo pada 2020," ujar Prof Saksono kepada Republika.co.id di sela-sela pengajian di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jumat (6/9).

Ketua Islamic Science Research Network (ISRN) Universitas Muhammadiyah Prof Hamka (UHAMKA) ini menjelaskan, Kalender Islam Global Ini sangat penting untuk dikaji karena sudah berpuluh tahun umat Islam terpecah belah karena masing-masing memiliki kalender masing-masing.

"Di Indonesia saja ada enam sistem kalau enggak salah dalam penentuan awal bulan kalender Hijriyah," ucap Guru Besar UHAMKA ini.

Kalender Islam global ini ditetapkan di Turki pada 2016 silam. Saat itu, menurut dia, Muhammadiyah dan NU ikut hadir dalam penetapan kalender Islam global itu. Setelah itu, kata dia, Muhammadiyah sendiri langsung mensosialisasikan kalender Islam global di Indonesia.

"Pada 2015, sebelum Turki itu, di Muktamar Muhammadiyah di Makassar itu juga ada rekomendasi kepada pengurus Muhammadiyah sekarang untuk segera mengadopsi kalender Islam global itu," kata Prof Saksono.

Selain Prof Saksono, pengajian bulanan tersebut juga menghadirkan narasumber dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Syamsul Anwar yang juga Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Dalam sambutanya Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dadang Kahmad mengatakan, kedua narasumber tersebut ahli dalam menjelaskan tentang kalender Islam global.

Menurut Prof Dadang, umat Islam saat ini perlu kalender bersama yang bisa diakui dunia. Karena itu, menurut dja, pemikiran-pemikiran yang ada di kalangan umat Islam harus disatukan. "Sekarang perlu ada kalender bersama yang diakui dunia. Konsekuesinya adalah pemikiran-pemikiran yang berkembang sekarang harus melebur menjadi satu," jelasnya.

Prof Dadang mengatakan, Islam memiliki penganut yang besar di dunia ini. Namun, dia merasa heran mengapa sampai saat ini belum memiliki kalender bersama. "Sungguh aneh umat yang besar 1,6 atau 2 miliar ini belum punya kelender tetap. China sudah punya kalender, Buddhist punya kalender, bahkan Jawa saja punya kalender. Islam belum," katanya dalam pengajian yang diikuti seratusan warga Muhammadiyah itu.

Dia menambahkan, umat Islam Islam Indonesia saat ini masih memiliki interpretasi masing-masing dalam menentukan kalender Hijriyah, sehingga umat Islam kadang berbeda dalam merayakan hari besar seperti Idul Fitri atau Idul Adha. Karena itu, menurut dia, umat Islam harus bisa menyatukan kalender.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement