REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Dinas Perikanan Kabupaten Karawang, melansir, ada 7.782 nelayan yang terdampak insiden pencemaran minyak mentah akibat bocornya sumur pengeboran YYA-1 milik Pertamina Hulu Energi ONWJ. Sampai saat ini, ribuan nelayan tersebut menunggu kompensasi seperti yang dijanjikan oleh perusahaan milik BUMN tersebut.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Karawang, Hendro Subroto, mengatakan yang paling terdampak atas insiden ini adalah nelayan. Sebab, ribuan nelayan yang tersebar di 12 muara sungai ini, tak bisa mencari ikan akibat pencemaran tersebut.
"Nelayan kita tak bisa mencari ikan, karena ikan-ikannya pada mati. Selain itu, jaring ikan mereka juga rusak dan lengket akibat limbah minyak tersebut," ujar Hendro, kepada Republika.co.id, Senin (9/9).
Saat ini, para nelayan tersebut menunggu kompensasi. Mengingat, pembayaran kompensasi ini sampai saat ini belum cair. Sebab, masih menunggu pendataan dari pemerintahan desa dan pihak terkait.
Mengingat, saat pendataan awal, yang mendaftar itu mencapai 10 ribu jiwa. Padahal, lanjut Hendro, yang paling terasa sekali dampaknya atas pencemaran limbah minyak ini adalah nelayan, petambak serta pengolah ikan.
"Berdasarkan asumsi kami, yang terdampak pencemaran ini sekitar 8.000 jiwa. Namun, saat mendaftar kali pertama, jumlahnya membludak. Makanya, kita validasi lagi datanya," ujar Hendro.
Menurut Hendro, untuk kompensasi ini harapannya secepatnya. Sebab, sudah hampir dua bulan para nelayan tersebut terdampak pencemaran minyak. Dengan begitu, kebutuhan nelayan terutama untuk keluarganya harus segera terpenuhi.