REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kabut asap di Pekanbaru masuk dalam kondisi berbahaya, bahkan hingga membuat waktu siang terasa gelap. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat konsentrasi PM 10 berada di angka 450 μgram/m3 pada sore ini.
Sementara itu berdasarkan aplikasi Airvisual, kualitas udara di Pekanbaru mencapai angka 690, dalam rentang berbahaya. Menurut warga Pekanbaru, Fikria Ulfa (27 tahun), sejauh ini masyarakat masih menanggapinya dengan kondisi santai karena belum separah kabut asap yang terjadi pada 2014-2015.
"Tapi yang pendatang nggak kuat sih sama asapnya," kata Ulfa kepada Republika.co.id, Jumat (13/9).
Meskipun kabut asap menebal, masyarakat masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan juga bekerja dengan menggunakan masker. Sementara itu sekolah telah diliburkan sejak pekan lalu.
Menurutnya, yang bekerja di kantor sepertinya dalam situasi lebih mudah, karena memasang alat air purifier untuk membersihkan asap yang masuk ke dalam ruangan.
Ulfa mengaku secara langsung menghirup udara dari purifier saat merasa semakin sesak bernapas.
Dia berharap, hujan turun dengan segera untuk membersihkan kabut asap yang semakin menebal. "Belum hujan juga. Kalau hujan deras, bakal bersih udaranya," kata Ulfa.
Seperti diketahui, dari laman BMKG, sejak Jumat pagi sekira pukul 06.00 WIB, ada sekitar 1.319 titik panas (hot spot) yang menjadi indikasi awal kebakaran di Pulau Sumatra.
Hingga kini diketahui, hotspot terbanyak ada di Sumatra Selatan dengan jumlah 37 titik, sedangkan di Riau sendiri saat ini ada sekitar 239 hotspot.