Selasa 17 Sep 2019 05:24 WIB

Azyumardi: Sejarah Islam Tonjolkan Kekerasan dan Perang

Penonjolan sisi damai dalam sejarah Islam sangat diperlukan.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Prof. Dr. Azyumardi Azra
Foto: RMV
Prof. Dr. Azyumardi Azra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Guru besar sejarah dan peradaban Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra menyambut positif rencana Kementerian Agama mengganti muatan materi sejarah Islam di madrasah. Materi sejarah Islam akan lebih menonjolkan sisi pembangunan peradaban Islam.

Azyumardi juga mengakui selama ini dalam sejarah Islam itu lebih banyak memperlihatkan perangnya. "Saya kira itu inisiatif yang perlu diapresiasi. Memang selama ini, sejarah Islam lebih banyak menonjolkan kekerasan dan perang," tutur dia kepada Republika.co.id, Senin (16/9).

Baca Juga

Menurut Azyumardi, sisi damai dalam Islam belum begitu besar ditekankan dalam pengajaran sejarah Islam. Karena itu, perlu ada upaya untuk lebih banyak menampilkan Islam dari sisi kedamaian dalam kehidupan sosial budaya.

"Sekarang harus lebih banyak sisi damai dalam kehidupan sosial budaya untuk kemajuan dan peradaban, menampilkan Islam sebagai rahmatan lil alamin," jelasnya.

Terkait adanya kekhawatiran bahwa rencana Kemenag akan menghapus sisi perang sebagai fakta sejarah Islam, Azyumardi mengungkapkan bagian perang tersebut tidak perlu dihilangkan. 

"Tapi (sisi perang ini) jangan diglorifikasikan (diagungkan). Perlu narasi lebih berimbang dengan sejarah sosial-intelektual," tuturnya.

Kementerian Agama telah meninjau Kurikulum mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam (SKI). Kedepan, fakta-fakta sejarah Islam yang dipelajari di madrasah akan lebih menonjolkan pada tonggak sejarah pembangunan peradaban Islam.

Penegasan ini disampaikan Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah A Umar di Jakarta, Senin (16/09). Penjelasan ini sekaligus mengklarifikasi pemberitaan bahwa Kemenag akan menghapus materi perang dalam kurikulum SKI.

"Perang adalah bagian dari fakta sejarah umat Islam. Tidak benar kalau itu akan dihapus. Review lebih untuk menonjolkan bagaimana setiap fakta sejarah itu menjadi tonggak pembangunan peradaban," jelas A Umar.

Dalam kurikulum yang baru, sebenarnya yang diperbaiki atau diubah adalah penonjolan sudut pandang saja dalam mengurai sejarah kebudayaan Islam. Fakta sejarah secara akademik tetap diberikan secara proporsional kepada siswa dengan kekayaan keilmuan yang lengkap, tidak ada yang dikurangi.

"Kalau sebelumnya peperangannya yang dijadikan tonggak sejarah, ke depan,  tonggak pendidikan sejarah kebudayaan Islam adalah lebih menitikberatkan pada pembangunan peradaban dan kebudayaan Islam," jelasnya.

Dengan demikian, kata Umar, deskripsi sejarah kebudayaan Islam dapat membekali karakter, kognitif, dan psikomotor siswa untuk mewarisi luhurnya budaya peradaban Islam dari fase ke fase perjuangan Nabi Muhammad membangun peradaban umat dan menyebarkan kedamaian sebagai implementasi agama yang rahmatan lil alamin.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement