REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Kementerian Pertanian (Kementan) merilis Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP). Ini merupakan proyek yang bersumber dari Loan Agreement antar Pemerintah Indonesia dengan World Bank (WB) dan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB). Pengelolaannya ada pada lintas empat Kementerian dan Lembaga yaitu Bappenas, Kementerian PUPR, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pertanian.
"Tujuan proyek SIMURP adalah optimalisasi dan modernisasi layanan sistem irigasi yang efektif, efisien dan berkelanjutan," ujar Kepala Badan Penyuluhan dan pengembangan SDM Pertanian Kementan, Dedi Nusyamsi usai launching SIMURP di The Margo Hotel, Kota Depok, Kamis (19/9).
Proyek SIMURP menargetkan luas area seluas 276 ribu hektare yang diharapkan dapat meningkatkan Intensitas Pertanaman (IP) Padi dari target 180 persen menjadi 200 persen.
"Kami fokus pada kegiatan Climate Smart Agriculture (CSA) atau Pertanian Cerdas Iklim," ucap dia.
Kegiatan CSA bertujuan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, mengajarkan budidaya pertanian yang tahan terhadap perubahan iklim, mengurangi risiko gagal panen, mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) serta meningkatkan pendapatan petani di khususnya di Daerah Irigasi Proyek SIMURP.
Lokasi pelaksanaan proyek SIMURP berada 13 Daerah Irigasi (DI) dan dua Daerah Rawa (DR) di delapan Provinsi yakni Sumatera Utara, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat) dan 16 Kabupaten (Serdang Bedagai, Deli Serdang, Banyuasin, Indramayu, Cirebon, Karawang, Subang, Purworejo, Purbalingga, Banjarnegara, Jember, Katingan, Bone, Takalar, Pangkajene Kepulauan, dan Lombok Tengah.
"Pelaksanaan Proyek SIMURP meliputi beberapa kegiatan yakni Rehabilitasi Sistem Irigasi dan Drainase Mendesak, Rehabilitasi Sistem Irigasi dan Drainase Mendesak dan Jasa Manajemen Proyek dan Konsultasi," kata Dedi.
Proyek SIMURP dimulai 2019 sampai 2024. Pada 2019, akan dimulai dengan pelaksanaan Training of Master (TOM) bagi para petugas yang berasal dari berbagai profesi antara lain Dosen (dari Polbangtan), Widyaiswara, Penyuluh Pertanian/KJF Provinsi, dan Penyuluh Pertanian/KJF Pusat.
"Selanjutnya pada 2020 kegiatan utama meliputi, Training of Trainer (TOT), Training of Farmer (TOF) Teknologi Berbasis CSA. Dukungan Penerapan Teknologi CSA Padi dan Non Padi (High Value Crop), Penguatan Balai Penyuluhan Pertanian berbasis CSA dan Pengembangan Produk dan Jejaring Pasar (market linkage)," ucap Dedi.