Sabtu 21 Sep 2019 13:30 WIB

Keutamaan Shalat Witir

shalat Witir merupakan salah satu shalat sunah yang sangat dianjurkan.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Agung Sasongko
Shalat
Shalat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Selain shalat fardu lima waktu, umat Islam dianjurkan pula untuk mengerjakan shalat sunah. Terdapat sejumlah shalat sunah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, di antaranya shalat Witir.

Ustaz Edi Abu Marwa mengatakan, shalat Witir merupakan salah satu shalat sunah yang sangat dianjurkan. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Shalat Witir adalah hak, barang siapa tidak lakukan Witir maka ia bukan golongan kita."

Dari hadis tersebut, Imam Abu Hanifah kemudian menyimpulkan hukum shalat Witir adalah wajib. "Jadi, kalau kita ingin dicintai Allah dan diakui Rasul sebagai umatnya, hendaklah kita lakukan shalat Witir. Kalau kita tidak diakui oleh Rasulullah sebagai umatnya, lalu kita ikut siapa?" ujar Ustaz Edi dalam kajian di Masjid Alatief, Kebayoran Baru, Jakarta, belum lama ini

Ia menegaskan, diakui oleh Rasulullah sebagai umat beliau sangat penting bagi setiap Muslim, karena hanya baginda Nabi yang dapat memberikan kita syafaat pada hari akhir nanti. Pasalnya, kelak manusia tidak akan selamat bila hanya mengandalkan amalannya

"Kita bisa selamat karena rahmat Allah dan syafaat Rasulullah. Maka beliau memberikan standardisasi sebagai umatnya, salah satunya melaksa nakan shalat Witir," kata Ustaz Edi. Berbeda dengan Imam Abu Hanifah, kata dia, imam besar lainnya, yakni Imam Hambali, Imam Syafi'i, dan Imam Maliki, menyatakan, hukum shalat Witir adalah sunah muakkad. Hal itu berdasarkan sejumlah hadis sahih.

"Ini namanya perbedaan pendapat. Walau hukumnya sunah, shalat Witir merupakan amalan luar biasa yang mendatangkan cintanya Allah dan insya Allah mendapat keutamaan lain," kata Ustaz Edi.

Saking banyaknya keutamaan shalat berakaat ganjil tersebut, Rasulullah me negaskan, jangan pernah meninggalkan shalat Witir. Rasulullah pun tidak pernah meninggalkan ibadah itu sampai beliau wafat.

Diriwayatkan Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Umar berkata, "Biasanya Nabi SAW shalat dalam safarnya di atas ken daraannya. Ke mana saja menghadap. Beliau memberi isyarat dalam shalat ma lam. Kecuali shalat wajib, beliau me nunaikan Witir di atas kendaraannya."

"Jadi, misalnya kita dalam perjalanan ke Bandung, selain shalat fardu, minimal kita bisa lakukan shalat Witir. Tidak usah menunggu sampai rumah atau rest area, kita bisa lakukan di mobil, cukup niatkan menghadap ke Ka'bah. Jangan susahkan diri, semampunya saja," tutur Ustaz Edi.

Dia menambahkan, witir artinya ganjil, maka shalat Witir dilakukan dengan jumlah rakaat ganjil, minimal satu dan maksimal 11 rakaat. Ada beberapa cara dalam mengerjakan shalat Witir.

Dari hadis riwayat (HR) Muslim, Aisyah berkata, "Kami dahulu biasa menyiapkan siwak dan air wudhu untuk Rasulullah, atas kehendak Allah, beliau selalu bangun malam hari, lantas ba ngun tidur, beliau langsung bersiwak kemudian berwudhu. Kemudian, beliau melakukan shalat sebanyak sembilan rakaat tanpa duduk, kecuali pada rakaat kedelapan, lalu membaca pujian kepada Allah, shalawat, dan berdoa, dan tidak melakukan salam. Kemudian, beliau berdiri untuk rakaat kesembilan lalu duduk tahiyat akhir dengan membaca zikir, pujian kepada Allah, shalawat, dan berdoa, lalu salam dengan suara yang didengar oleh kami. Kemudian, beliau melakukan shalat lagi sebanyak dua rakaat dalam keadaan duduk."

Maka, Nabi Muhammad selalu shalat Witir 11 rakaat setiap malam. Hanya saja, kata Ustaz Edi, setelah beliau lanjut usia, Rasul shalat Witir sebanyak sembilan rakaat dengan cara sama, yakni shalat tujuh rakaat dahulu dan melanjutkan dengan dua rakaat lagi. "Rasul selalu menjaga shalat Witirnya. Bila beliau ketiduran atau sakit, maka beliau lakukan pada siang," ujar dia.

Kembali berdasarkan HR Muslim, Aisyah berkata, "Dahulu, Nabi SAW bila disibukkan dengan tidur atau sakit dari menunaikan shalat malam, maka beliau shalat waktu siang hari 12 rakaat." Lebih lanjut, Ustaz Edi menjelaskan, shalat Witir tiga rakaat boleh dilakukan tiga rakaat sekaligus, bisa pula dengan duduk tasyahud awal setelah rakaat kedua. Namun, cara Witir jangan disa makan dengan shalat Maghrib.

"Jadi, untuk membedakannya, kalau shalat Maghrib, setelah duduk tasyahud awal kita tidak membaca surah lain setelah al-Fatihah. Hanya saja, kalau shalat Witir, setelah tasyahud awal lalu setelah al-Fatihah dilanjut dengan surah lain," ujarnya.

Ustaz Edi mengingatkan kita agar tidak meninggalkan shalat Witir, setidaknya satu rakaat usai shalat sunah rawatib ba'da Isya. "Tidak sampai dua menit kok, tapi itulah yang bisa menyebabkan kita dicintai Allah," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement