REPUBLIKA.CO.ID, KUTA -- Bank Indonesia mengakui pertumbuhan ekonomi dalam negeri turut terdampak dari kondisi perekonomian global yang tengah melemah. Seperti perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China, juga perang dagang antara Jepang dan Korea Selatan.
"Investasi itu menurun tapi turunnya memang sedikit dibanding kuartal lalu," ujar Direktur eksekutif Departemen komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko kepada wartawan di Kuta Bali, Sabtu (29/9).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat investasi (Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto/PMTDB) pada kuartal II 2019 sebesar 5,01 persen atau menurun dari kuartal sebelumnya sebesar 5,03 persen. Angka ini juga menurun dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya (yoy) yang mencapai 5,85 persen.
Dari data investasi tersebut, investasi bangunan kuartal dua 2019 sebesar 5,46 persen atau menurun tipis dari kuartal sebelumnya sebesar 5,48 persen. Sementara investasi non bangunan juga mengalami penurunan sebesar 3,70 persen atau turun dibandingkan tahun lalu sebesar 8,33 persen.
"Investasi bangunan menurun tapi steady. Non pembangunannya yang menurun padahal kita mengharapkan naik agar menopang pertumbuhan ekonomi ke depan," jelasnya.
Sementara Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menambahkan dinamika politik Amerika Serikat seiring isu pemakzulan Presiden Donald Trump oleh para senator belum tentu memberi efek pada penurunan perang dagang.
"Kemungkinan pemakzulan Donald Trump masih sangat jauh. Partai Republik juga masih dominan dalam senat sehingga kasus ini belum tentu mengubah kebijakan AS dalam perang dagang," ucapnya.
Dia menilai jika pun terjadi pemakzulan Trump sebagai orang nomor satu di negara Paman Sam, dunia belum memiliki bayangan siapa penggantinya. Oleh sebab itu, dampaknya terhadap perang dagang masih sangat kecil.
"Trump ini sejak 2016 jadi faktor risiko global penyebab volatilitas," ucapnya.