Rabu 02 Oct 2019 15:54 WIB

Saudi Bantah Titip Pesan untuk Presiden Iran

Saudi menegaskan kemauan meredam eskalasi harus datang dari Iran.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Bendera Arab Saudi.
Foto: Eurosport
Bendera Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pemerintah Arab Saudi membantah kabar menitipkan pesan kepada Presiden Iran Hassan Rouhani melalui negara lain. Saudi menyatakan informasi itu tak akurat dan keliru.

“Apa yang terjadi adalah negara-negara saudara berupaya menenangkan situasi dan kami memberitahu mereka posisi Kerajaan (Saudi) adalah untuk selalu mencari keamanan serta stabilitas di kawasan,” kata Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir melalui akun Twitter pribadinya, Selasa (1/10) malam.

Baca Juga

Menurut dia, Saudi selalu menegaskan kepada negara-negara yang berupaya memediasi hubungan dengan Iran bahwa kemauan meredam eskalasi harus datang dari pihak yang meningkatkan dan menyebarkan kekacauan melalui tindakan bermusuhan di kawasan. “Kami menyampaikan kepada mereka posisi kami terhadap rezim Iran bahwa kami selalu mengumumkan dengan jelas di semua tempat, paling baru di Majelis Umum PBB,” ujarnya.

Pada Senin lalu, juru bicara Pemerintah Iran Ali Rabiei mengungkapkan Saudi telah mengirim pesan kepada Hassan Rouhani melalui para pemimpin negara lain. Namun dia tak memberikan informasi apa pun tentang isi pesan tersebut. “Jika Arab Saudi mengejar perubahan perilaku, Iran menyambut baik hal tersebut,” kata Rabiei.

Ketua parlemen Iran Ali Larijani menyambut keinginan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) untuk menyelesaikan masalah dengan negaranya melalui cara damai dan pembicaraan. “Kami menyambut MBS yang dikutip mengatakan dia ingin menyelesaikan masalah melalui pembicaraan dengan Teheran,” kata Larijani pada Selasa (1/10), dikutip Aljazirah.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan CBS dalam program “60 Minutes” yang ditayangkan pada Ahad lalu, Pangeran MBS menyatakan enggan menempuh opsi militer untuk menghadapi Iran. Pernyataannya berkaitan dengan dugaan Iran sebagai dalang serangan terhadap fasilitas minyak Saudi Aramco pada 14 September lalu.

“Solusi politik dan damai jauh lebih baik daripada solusi militer,” kata dia.

Menurut dia, perang antara Saudi dan Iran dapat menghancurkan perekonomian global, terutama terkait harga minyak dunia. “Pasokan minyak akan terganggu dan harga minyak akan melonjak ke angka yang sangat tinggi yang belum pernah kita lihat dalam hidup kita,” ucapnya.

Ketegangan antara Iran dan Saudi kembali mencuat pascaserangan terhadap dua fasilitas minyak Aramco di Abqaiq dan Khura pada 14 September lalu. Serangan itu dilancarkan dengan mengerahkan 18 pesawat nirawak dan tujuh rudal jelajah. Sebanyak lima persen produksi minyak dunia dilaporkan terpangkas akibat peristiwa tersebut.

Kelompok pemberontak Houthi Yaman mengklaim bertanggung jawab atas insiden itu. Namun, Amerika Serikat (AS), bersama Inggris, Prancis, dan Jerman menuding Iran sebagai dalang serangan terhadap Aramco. Namun, Iran dengan tegas membantah tuduhan tersebut.

Rouhani meminta para pihak yang menuduh keterlibatan negaranya dalam serangan Aramco untuk menyajikan bukti-bukti. "Mereka yang membuat tuduhan harus memberikan bukti yang diperlukan. Apa bukti kalian?” kata Rouhani pekan lalu.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement