Rabu 02 Oct 2019 22:30 WIB

Mengapa Fase Dakwah Makkah Tekankan Penanaman Akidah?

Penanaman akidah menjadi fokus pertama Rasulullah SAW.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Jamaah haji berdoa menghadap Ka'bah, sesaat sebelum shalat Subuh di Masjidil Haram, Sabtu (17/8). Jamaah haji tampak memadati area tawaf yang setiap saat selalu penuh dengan lautan manusia pasca-haji.
Foto: Republika/Syahruddin El-Fikri
Jamaah haji berdoa menghadap Ka'bah, sesaat sebelum shalat Subuh di Masjidil Haram, Sabtu (17/8). Jamaah haji tampak memadati area tawaf yang setiap saat selalu penuh dengan lautan manusia pasca-haji.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Akidah menjadi penetapan hukum pertama di Makkah yang merupakan esensi syariat nabi yang diutus  Allah SWT, dan merupakan asas di mana tiang tiang agama tegak di atasnya.  

Menurut Syekh Manna Al-Qaththan, dalam kitabnya Tarikh Tasyri’ al-Islami, manusia tidak akan menerima Syariat yang Allah tetapkan kecuali jika akidah mereka lurus, dan mereka beriman kepada Allah serta mengaku keesaan-nya dalam uluhiyah, rububiyah, dan nama-nama atau sifat-sifat Allah.

Baca Juga

Apabila akidah tertanam kuat dalam jiwa masyarakat, maka akan mudah dalam membangun masyarakat yang berpegang teguh dengan syariat dalam mengatur hubungan mereka dengan Allah, dengan sesama mereka, serta dengan alasan semesta. 

Oleh sebab itu akidah merupakan tujuan utama ajakan para rasul kepada umatnya seperti diabadikan dalam surah al-Anbiyaa ayat 25.

"Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa hanya tidak ada Ilah yang hak untuk disembah melainkan Aku maka sembahlah Aku,"

Penetapan hukum pada fase Makkah yang berjalan selama kurang lebih 13 tahun fokus pada pembinaan akidah, memperkuat akar-akarnya, dan menjaga kemurniannya. 

Islam menjadikan dua kalimat syahadat sebagai realisasi dari akidah sebagai pintu masuknya seseorang ke dalam pelukan Islam yang kemudian diberlakukan baginya hukum-hukum Islam.

Dalam upaya kepada akidah Islam bersandar pada argumen argumen logis. Caranya adalah dengan mengajak manusia untuk memikirkan alam semesta, mentadaburi tanda-tanda kekuasaan Allah, dan keindahan ciptaannya, serta memikirkan Bagaimana berjalan semua ciptaan ini dengan pola yang teratur.

"Semua ini menunjukkan bukti yang kuat akan adanya pencipta dan pengatur bagi alam semesta ini," kata Syeh Manna.

Karena kata Syekh Manna, tidak mungkin ciptaan yang sempurna ini terwujud dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan. Dan bila keimanan kepada Allah itu benar, maka akan terlahir setelahnya keimanan kepada malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari akhir, dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.

Menurut Syekh Manna, surah-surah dan ayat-ayat yang turut pada fase Makkah menggambarkan orientasi akidah dengan mengajak manusia untuk berpikir dan melihat alam semesta beserta langit dan bumi, menyaksikan rahasia-rahasia yang Allah simpan di balik semua itu, dan ketelitian, serta kesempurnaan pada alam semesta itu sendiri, yang mana tersusun rapih tanpa ada kecacatan ataupun keraguan padanya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement