Jumat 04 Oct 2019 18:10 WIB

Ribuan Warga Tasikmalaya Shalat Istisqa di Pinggir Situ Gede

shalat istisqa digelar menyusul musim kemarau berkepanjangan.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Nashih Nashrullah
Warga Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, melaksanakan shalat istisqa di pinggir Situ Gede, Jumat (4/10).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Warga Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, melaksanakan shalat istisqa di pinggir Situ Gede, Jumat (4/10).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA –  Sekitar seribu warga Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, berkumpul di tanah lapang di pinggir Situ Gede, Jumat (4/10) siang. Baik perempuan, laki-laki, anak-anak, dan orang tua, membuat deret saf untuk melaksanakan shalat istisqa.  

Tokoh agama Kecamatan Mangkubumi, Ustaz Yanyan Al Bayani, mengatakan shalat istisqa itu merupakan respon warga sekitar menyikapi bencana kekeringan di Kota Tasikmalaya, khususnya Kecamatan Mangkubumi. 

Baca Juga

Menurut dia, kondisi kekeringan saat ini lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya. "Warga di sini sudah mulai susah untuk mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari," kata dia, Jumat (4/10).  

Dia mengatakan, sudah sejak enam bulan terakhir wilayah itu tak turun hujan. Sementara dampak kemarau mulai dirasakan warga sejak dua bulan terakhir.   

Salah satu warga yang ikut melaksanakan shalat istisqa, Maman Suparman (60 tahun) mengatakan, kekeringan dirasakan warga Kecamatan Mangkubumi sejak dua bulan terakhir. 

Sumur di rumahnya pun tak bisa lagi mengalirkan air yang mencukupi. "Kita ambil air biasanya ada yang ngasih di lapangan, warga juga ngantre," kata dia. 

photo
Warga Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, melaksanakan shalat istisqa di pinggir Situ Gede, Jumat (4/10).

Menurut dia, kondisi kemarau tahun ini merupakan yang paling parah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, hingga saat ini sudah hampir enam bulan tak turun hujan di wilayah itu.   

Salah satu warga lainnya, Aan Sopian (52) merasakan hal serupa. Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, dia pun harus mengandalkan bantuan air bersih. "Suka ada yang kirim dari ormas tiap malam, tapi itu warga antre juga. Paling satu rumah kebagian tiga sampai empat ember air," kata dia.   

Dia menilai, kondisi kemarau tahun ini memang yang terpanjang sejak puluhan tahun terakhir. Dulu, pernah kekeringan terjadi hingga sembilan bulan pada era 1990-an. Namun, umumnya kekeringan hanya terjadi tiga sampai empat bulan.   

Sementara itu, Camat Mangkubumi, Dahlan mengatakan, hampir seluruh wilayahnya sudah terdampak kekeringan. Warga juga hanya mengandalkan bantuan air dari orang-orang yang menyumbang.  "Walaupun jumlah bantuannya memang belum mencukupi semuanya," kata dia.  

Menurut dia, pada tahun-tahun sebelumnya biasanya pada Oktober sudah turun hujan. Namun, hingga saat ini hujan belum juga turun membasahi tanah Mangkubumi.   

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tasikmalaya, hingga Oktober 2019 sudah 3,75 juta liter air bersih didistribusikan untuk warga terdampak kekeringan di wilayahnya. 

Khusus untuk Kecamatan Mangkubumi, sebanyak 590 liter air bersih telah didistribusikan untuk sekitar 18 ribu warga. Berdasarkan data itu, Kecamatan Mangkubumi merupakan salah satu di antara empat kecamatan di Kota Tasikmalaya yang paling terdampak kekeringan. 

Selain Mangkubumi, kecamatan yang paling parah terdampak bencana kekeringan yaitu Tamansari, Kawalu, dan Purbaratu.

Jauh sebelumnya, Kepala Pelaksana BPBD Kota Tasikmalaya, Ucu Anwar, mengatakan masa tanggap darurat bencana kekeringan yang semula akan selesai pada akhir Oktober 2019, akan diperpanjang. 

Hal itu didasari informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait mundurnya awal musim hujan. "Sejatinya kita 31 Oktober selesai siaga darurat kekeringan selesai. Tapi dengan info BMKG kita akan perpanjang 10 hari ke depan," kata dia.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement