REPUBLIKA.CO.ID, NGAWI -- Wilayah yang mengalami krisis air bersih di Ngawi, Jawa Timur meluas dari 45 menjadi 48 desa. "Wilayah krisis air bersih 48 desa tersebut, tersebar di 10 kecamatan," ujar Wakil Bupati Ngawi Ony Anwar kepada wartawan, Sabtu (5/10).
Kekeringan tersebut telah berdampak pada sekitar 65 ribu kepala keluarga (KK) atau 163.838 jiwa. Guna mengatasi krisis air, BPBD Ngawi telah melakukan pendistribusian bantuan air bersih. Setiap hari, rata-rata tujuh unit truk tangki beroperasi untuk menyalurkan bantuan air bersih ke desa-desa yang terdampak.
Mengingat jumlah desa terdampak kekeringan yang meluas, ia akan menambah jumlah armada truk tangki sesuai kebutuhan. Dengan demikian, intensitas pengiriman air bersih bisa lebih sering dilakukan.
Salah satu warga Ngawi yang terdampak krisis air bersih, Dian Ernawati, mengaku dalam seminggu pengiriman air bersih di wilayahnya dua kali. "Kami minta intesnitasnya ditambah, jadi bisa lebih sering. Sebab, kalau seminggu dua kali tidak cukup. Sekali pengiriman air, itu hanya cukup untuk dua hari," katanya.
Ia mengatakan wilayah desanya di Kecamatan Pitu sudah lima bulan terakhir krisis air bersih karena sumur-sumur warga mengering. Jika bukan jadwal pengiriman bantuan, untuk memenuhi kekurangan air, warga di desanya mencari air di sawah ataupun beliki.
"Kalau mandi, sehari cuma sekali. Bahkan ada juga yang mandinya di SPBU terdekat sambil cari air," katanya.
Warga berharap bantuan air bersih dari pemerintah terus diberikan dengan intensitas yang lebih banyak. Bantuan air diminta terus diberikan hingga memasuki musim hujan mendatang.