Ahad 06 Oct 2019 13:09 WIB

Menkes Lihat Data BPJS: Kesehatan Masyarakat Memprihatinkan

Penyakit kardiovaskuler dan berbiaya besar banyak diderita pasien peserta BPJS.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Nur Aini
Menteri Kesehatan, Nila Moeloek
Foto: Republika TV/Muhammad Rizki Triyana
Menteri Kesehatan, Nila Moeloek

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek mengatakan, berdasarkan data Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS), kondisi kesehatan masyarakat Indonesia cukup memprihatinkan. Sebab, kata dia, penyakit kardiovaskular dan penyakit-penyakit berbiaya besar (katastropik) banyak diderita pasien peserta BPJS.

"Masih kalau saya melihat dari data BPJS, kita cukup memprihatinkan karena penyakit kardiovaskuler itu tertinggi, jadi ada namanya penyakit katastropik itu tertinggi, gagal ginjal, kanker, diabetes," ujar Nila di Gedung Kemenkes, Jakarta Selatan, Ahad (6/10).

Baca Juga

Menurutnya, penyakit-penyakit itu bisa dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat. Jika menderita hipertensi, dihindari agar tidak sampai berubah menjadi sakit jantung. Dia mengatakan caranya dengan menerapkan pola makan sehat dan asupan gizi seimbang disertai sayuran dan buah-buahan.

Nila mengatakan, Kemenkes telah mendorong gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) seperti melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, mengonsumsi buah dan sayur, serta memeriksakan kesehatan secara rutin. Selain itu, Kemenkes juga melakukan pendekatan keluarga, setiap Puskesmas melaksanakan pendataan keluarga dengan 12 indikator.

Ia menyebutkan, dari pendataan itu ditemukan bahwa angka nasional keluarga yang sehat masih sekitar 18 persen. Dengan demikian, sebanyak 80 persen keluarga dinilai tidak sehat.

"Angka nasional kita ini masih 18 persen keluarga yang sehat, rendah sekali ya, berarti 80 persen kita tidak sehat," kata Nila.

Namun, ia mengaku angka yang tidak sehat itu turun di beberapa daerah, berarti jumlah keluarga yang sehat meningkat. Menurut dia, peningkatan keluarga yang sehat itu karena pemberian informasi dan edukasi tentang kesehatan terhadap masyarakat.

"Yang sehat juga meningkat, jadi artinya kalau kita mendekati memberikan informasi edukasi ternyata mau kok masyarakat kita berubah," tutur dia.

Nila menjelaskan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) mencapai angka 72. Selain kesehatan angka itu dikalkulasikan bersama sektor pendidikan dan ekonomi. Ia mengklaim, peningkatan angka HDI karena sektor kesehatan yang meningkat.

"Jadi kami menghitung kembali, kalau kita yang tadi saya katakan kita usianya lanjut tapi kita sakit-sakitan, ternyata setelah kita lakukan penelitian usia sehat kita 62 tahun sedangkan kita 71,4 berarti delapan sampai sembilan tahun kita sakit," kata Nila.

Ia menambahkan, pemerintah saat ini sangat memperhatikan stunting agar tak terus terjadi di Indonesia serta menekan angka kematian ibu saat melahirkan. Dengan demikian, Nila berharap, masyarakat yang sakit bisa berkurang sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan juga bisa berkurang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement