REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kepala Staf Umum TNI Letjen TNI Joni Supriyanto menyampaikan bahwa ancaman nyata seperti terorisme, radikalisme dan peredaran narkotika belum masuk dalam prioritas keamanan. Namun demikian, ia menegaskan Indonesia harus waspada terhadap ancaman nyata tersebut. Sebab, ia memprediksi, lima tahun ke depan, Indonesia masih akan menghadapi ancaman tersebut.
"Ancaman terorisme, radikalisme, sparatisme, serangan siber, bencana alam, hingga peredaran narkotika harus diwaspadai .Meskipun masih belum menjadi prioritas garis keamanan," ujar Joni Supriyanto dalam Forum Politik dan Kebijakan Publik, Transformasi TNI di Era Disrupsi Teknologi: Prospek dan Tantangan, di Auditorium CSIS Gedung Pakarti, Jl Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (7/10).
Lanjut Joni, selain ancaman nyata Indonesia juga harus mewaspadai adanya potensi ancaman yang belum nyata. Salah satunya ada konflik terbuka, yang berpotensi akan menjadi nyata pada masa akan datang. Maka dengan demikian, kewaspadaan harus tetap dijaga untuk mengantisipasi berbagai ancama di masa yang akan datang.
"Bangsa ini memiliki potensi yang luar biasa. Jadi harus tetap waspada terhadap bentuk ancaman bersifat sangat dinamis, serta dapat berubah menjadi ancaman nyata ketika kepentingan nasional dan lembaga negara terusik," terang Joni.
Menurut Joni, tidak ada tujuan lain diperlukan kewaspadaan selain untuk menjaga serta melindungi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sehingga kedaulatan dan keselamatan segenap bangsa Indonesia terjaga dan tetap utuh.