REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran meminta rakyat Irak agar menahan diri, enam hari setelah kerusuhan di Irak menewaskan lebih dari 100 orang. "Iran akan selalu mendukung negara Irak dan juga pemerintah Irak. Kami menyeru mereka agar menjaga persatuan serta menahan diri," kata juru bicara pemerintah Iran Ali Rabiei saat jumpa pers, Senin (7/10).
Kerusuhan itu menjadi tantangan politik dan keamanan terbesar bagi pemerintahan Perdana Menteri Adel Abdul Mahdia sejak pelantikannya tahun lalu. Bentrokan antara aparat kepolisian dan massa antipemerintah membangkitkan kembali kekhawatiran serentetan kekerasan baru. Kekerasan ini dapat menjadi magnet bagi kelompok gerilyawan berpengaruh dan dieksploitasi oleh ISIS.
Pasukan Mobilisasi Populer (PMF), organisasi payung Irak yang sebagian besar terdiri atas paramiliter Muslim Syiah dukungan Iran, memiliki peran penting dalam mengalahkan ISIS. PMF secara resmi menjadi bagian pasukan bersenjata tahun lalu.
Sejumlah pejabat Iran menuding Amerika Serikat dan Israel memicu kerusuhan di Irak. Seorang ulama menyebutkan pada Jumat, kerusuhan direncanakan oleh musuh lama Teheran untuk mengacaukan acara tahunan Muslim Syiah yang bakal digelar Oktober ini. Rabiei juga mengatakan Iran akan terus melanjutkan upaya meredakan tensi di Teluk dengan meningkatkan hubungan dengan tetangganya di Teluk Arab.