Selasa 08 Oct 2019 17:59 WIB

KBN akan Tampilkan Konten Kreatif di Frankfurt Book Fair

Frankfurt Book Fair tak lagi sebatas pameran buku.

Rep: Umi Soliha/ Red: Reiny Dwinanda
Suasana Frankfurt Book Fair 2015.
Foto: Antara
Suasana Frankfurt Book Fair 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia akan kembali berpartisipasi dalam pameran buku terbesar di dunia, Frankfurt Book Fair 2019. Kali ini, Komite Buku Nasional (KBN) tidak hanya memamerkan buku dalam bentuk cetak, namun juga konten–konten kreatif yang bisa diaplikasikan ke berbagai platform atau media.

"Kami sudah menyiapkan lebih dari 30 acara dari seminar buku sampai acara–acara non buku. Sejak Indonesia tampil di Frankfurt Book Fair, acara tersebut sudah berubah dariajang  yang hanya memamerkan buku menjadi ajang menampilkan konten kreatif," ujar Ketua KBN, Laura Bangun Prinsloo dalam jumpa pers di Jakarta Selatan, Selasa (8/10).

Laura mengatakan, tahun ini banyak area yang sediakan khusus untuk menampilkan konten digital. Tidak haya itu, Frankfurt Book Fair 2019 pun akan menyediakan performance stage, tempat untuk menampilkan kebudayaan–kebudayaan dari setiap negara yang terlibat.

"Ini cukup menarik karena waktu tahun 2016 saat Indonesia menampilkan kebudayaan Indonesia, kami sempat dikomplain dianggap berisik karena sebelahnya ada tempat membaca," ujarnya.

Namun, masyarakat Jerman ternyata sangat menyambut baik stand kebudayaan yang mereka sediakan. Melihat antusiasme tersebut, Frankfurt Book Fair 2019 berinisiatif untuk membuat panggung khusus budaya.

KBN akan meluncurkan komik Raden Saleh dan menampilkan prangko–prangko lukisan Raden Saleh. Selain itu, Indonesia akan menyediakan panggung khusus untuk  mempromosikan UNESCO World Book Capital City karena pada tahun 2022, Indonesia  didapuk menjadi tuan rumah acara tersebut.

Hal yang tak kalah menarik, untuk pertama kalinya Indonesia akan membuat katalog produk–produk IP yang akan dijual lisensinya. Sebelumnya, KBN mengkurasi berbagai buku dan hanya menuangkan ke dalam empat katalog fiksi, non fiksi, komik, dan buku anak.

"Kami ingin menjual karakter dari anak bangsa ke penerbit dan perushaan produsen konten kreatif lainnya dalam bentuk film dan animasi. Selain sebagai alat diplomasi, bisa sebagai alat ekonomi. Ini bisa memajukan pelaku perbukuan Tanah Air dan membuka peluang mereka agar tidak hanya menjual hak terjemahan, namun juga menjual hak lesensi ke berbagi platform," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement