REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Tingkatan hamba Allah itu bermacam-macam. Hal itu didasarakan pada iman, Islam, ilmu, amal dan akhlaknya.
“Dalam Kitab Nashoihul ‘Ibad disebutkan, paling tidak ada 10 tingkatan seorang hamba Allah,” kata Ustadz Muhajir Affandi saat mengisi pengajian guru dan tenaga kependidikan Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) di Masjd Al-Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jawa Barat, Jumat (11/10).
Dosen Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor itu menjelaskan satu per satu tingkatan hamba. "Pertama, tidaklah dikatakan seseorang itu mukmin, sehingga ia menerapkan pola sikap yang lembut terhadap sesama," ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Kedua, tidak dikatakan mempunyai kelembutan hati, sehingga ia bisa menahan diri terhadap sesuatu.
Ketiga, tidak dikatakan Muslim kalau orang lain tidak terhindar dari kejahatan lisan (lidah) dan tangannya.
Keempat, tidak dikatakan Muslim, kalau ia tidak mempunyai ilmu.
Kelima, tidak dikatakan berilmu kalau tidak mengamalkannya.
Keenam, tidak dikatakan mengamalkan ilmunya, kecuali zuhud kepada Sang Pencipta.
Ketujuh, tidak dikatakan zuhud kalau tidak wara (hati-hati).
Kedelapan, orang tidak disebut wara kalau tidak rendah hati (tawadhu).
Kesembilan, tidak dikatakan tawadhu, kalau ia tahu siapa dirinya.
Kesepuluh, orang dikatakan tahu jati dirinya, kalau ia bijaksana dalam ucapannya.