REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Alquran Prof KH Ahsin Sakho Muhammad menambahkan, pada dasarnya bacaan Alquran harus ditransfer dari mulut ke mulut atau dari orang ke orang. Nabi Muhammad SAW pun menerima wahyu Alquran melalui Malaikat Jibril.
"Nabi mendengarkan Malaikat Jibril membaca ayat Alquran, kemudian Nabi mengajarkan bacaannya ke para sahabat, sahabat juga mengajarkan lagi ke yang lain, dan begitu seterusnya sampai sekarang tidak putus namanya sanad," ujar KH Ahsin.
Dia menuturkan, mentransfer bacaan Alquran secara langsung sangat penting karena ada berbagai kaidah tertentu dalam mem baca kitab suci itu. Kaidah-kai dah tersebut meliputi panjangpendeknya, tebal-tipisnya, dan sebagainya.
"Belajar bacaan Alquran tidak bisa kecuali harus melalui talaqqi atau dari mulut ke mulut," kata dia.
Hanya saja, lanjutnya, kemajuan teknologi membuat banyak orang mulai belajar secara online, baik melalui aplikasi mau pun hanya mendengarkan dari video. Mereka pun cenderung pasif.
Kiai Ahsin menyarankan, bagi mereka yang baru belajar mem baca Alquran, sebaiknya langsung mendatangi guru tahsin. Dia tidak menyarankan untuk melakukan tahsin sendiri lewat aplikasi. Menurut dia, tidak ada yang memberitahu kesalahan sekaligus memperbaiki bacaannya jika lewat aplikasi.
Bila sudah memahami dasardasar membaca Alquran dari gu ru, dia mengungkapkan, seseorang boleh melanjutkan tahsin secara online. "Ya walaupun tetap lebih bagus berguru ke guru yang punya sanad, tapi mau bagaimana lagi? Orang yang mau menjadi guru Alquran sedikit, sedangkan jumlah yang harus diajari banyak sekali," ujarnya.
Dengan begitu, ujar dia, tahsin online memang membantu seorang Muslim meningkatkan bacaan Alquran. Namun, hasilnya tetap berbeda dengan yang mela kukan tahsin langsung.
Kiai Ahsin menyebutkan, ada beberapa bentuk tahsin online. Pertama ada yang bersifat timbal balik, jadi pelajar tahsin merekam bacaan Alqurannya, kemudian satu jam kemudian apa yang ter de ngar di rekaman tersebut di perbaiki. Seharusnya, dia mengungkapkan, ada respons lagi dan tidak berhenti sampai di tahap itu.
Kedua, tahsin melalui video call. Baginya, cara ini paling ba gus karena murid dan guru ber ha dapan langsung walau tidak berdekatan. Ketiga yakni dengan merekam bacaan. Hasilnya didengarkan guru dan diberikan penjelasan. "Sebetulnya tidak apaapa memanfaatkan teknologi un tuk tahsin, tapi teknologi tetap tidak bisa menggantikan orang," ujarnya menegaskan.
Menurut dia, Alquran merupakan Kalamullah yang indah. Oleh karena itu, ayat-ayatnya harus dibaca secara fasih untuk menghormati keindahannya. "Allah senang bila orang mahir membaca Alquran. Mahir itu ti dak hanya bisa, tetapi juga dibaca tepat sesuai kaidahnya, seperti ilmu tajwid, waqf, dan lainnya," ujar KH Ahsin.