Selasa 22 Oct 2019 09:52 WIB

AS Sisakan Pasukan untuk Jaga Minyak di Suriah

AS berdalih mempertahankan pasukan demi menjaga wilayah dari serangan ISIS.

Rep: Lintar Satria / Red: Nur Aini
Pasukan Amerika di Suriah
Foto: VOA
Pasukan Amerika di Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Pertahan Amerika Serikat (AS) Mark Esper mengatakan negaranya sedang mempertimbangkan untuk mempertahankan sejumlah pasukan mereka di utara Suriah. Kehadiran pasukan AS dimaksudkan untuk mencegah agar wilayah itu tidak direbut ISIS.

"Saat ini pasukan kami ada di beberapa kota di dekat lokasi itu, tujuannya untuk menghalangi akses, terutama ISIS atau kelompok lainnya yang ingin mendapatkan pendapatan untuk aktivitas merusak mereka," kata Esper, seperti dilansir dari Aljazirah, Selasa (22/10).

Baca Juga

Dalam rapat kabinet Presiden AS Donald Trump mengatakan akan mempertahankan 'sejumlah kecil' pasukan di tenggara Suriah. Sebagian pasukan lainnya akan tetap bertahan untuk 'mengamankan minyak'.

Pada Senin (21/10) kemarin sesuai dengan perintah Trump pasukan AS sudah menyeberang ke Irak. Mereka menarik diri dari utara Suriah setelah AS membuat kesepakatan gencatan senjata dengan Turki yang menggelar invansi pada 9 Oktober lalu.

Kantor berita Reuters melaporkan pada Senin kemarin ada sekitar 100 kendaraan militer AS yang menyeberang ke Irak. Pada pekan lalu, Turki sepakat untuk menghentikan serangan ke Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi.

Dalam perjalanannya menuju Afghanistan, Esper mengatakan penarikan pasukan AS sedang berjalan. Sejumlah pasukan akan tetap bertahan untuk bekerja sama dengan SDF, sekutu utama AS dalam perang melawan ISIS. Mereka akan ditempatkan di ladang dan sudah ada pembahasan tetang berapa jumlah pasukan yang ditempatkan di sana.

Esper mengatakan hanya ada satu pilihan 'dalam hal jumlah atau apa pun seperti itu' dan belum ada keputusan yang dibuat. Ia menambahkan tugas Pentagon mencari opsi yang berbeda.

Perubahan kebijakan Trump di Suriah dikhawatirkan akan membangkitkan ISIS. Selain itu juga membuat Turki, pemerintah Presiden Bashar al-Assad serta Rusia mengisi wilayah AS tinggalkan.

Pada pekan lalu pasukan pemerintah Suriah dan Rusia yang diundang pasukan Kurdi telah masuk ke dua kota perbatasan Manbij dan Kobani. Kota-kota yang ditinggalkan pasukan AS. Presiden Turki Tayyep mengatakan tidak memiliki masalah dengan pasukan pemerintah Suriah yang dikerahkan ke dekat perbatasan.

Turki hanya ingin menyerang pasukan Kurdi yang mereka anggap memiliki koneksi dengan Partai Pekerja Kurdi (PKK) yang Ankara tetapkan sebagai kelompok teroris. Direktur analis kebijakan Doha Institute for Graduate Studies Marwan Kabalan mengatakan sudah diprediksi penarikan pasukan AS akan membuat 'banyak pihak yang memperebutkan utara Suriah yang kaya minyak dan gas alam.

"Saat ini ladang minyak tidak beroperasi tapi ladang-ladang minyak dapat diperbaiki dengan mudah dan siapa pun yang mengendalikan ladang minyak dan gas alam akan memperoleh banyak uang," kata Kabalan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement