REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kemajemukan kemajuan bertebaran saat kekuasaan Seljuk di Anatolia. Arsitektur berkembang pesat dengan merangkul beragam pengaruh. Sastra dan kajian agama melaju dengan baik. Muncul banyak tokoh ternama mewariskan pemikiran yang dikenang sepanjang zaman. Toleransi berkembang pula dengan baik.
Kegemilangan Kesultanan Seljuk Anatolia atau Kesultanan Seljuk Rum bermula dari garis keturunan mereka. Pemerintahan mereka merupakan kelanjutan trah Kesultanan Turki Seljuk yang memerintah medio 1077-1307 Masehi di Anatolia. Meski pusat pemerintahannya berpindah-pindah dari Iznik (Nicea) hingga kemudian di Konya Tengah Anatolia, itu tak berpengaruh pada stabilitasnya.
Rahasianya terletak pada pengaturan daerah kekuasaan yang berkesinambungan. Wilayah Kesultanan Seljuk Anatolia membentang di pusat Kota Turki dari Antalya, Alanya di pantai Mediterania, hingga Sinop dan wilayah tetangga di pantai Laut Hitam. Di sebelah timur, kesultanan mencapai wilayah Danau Van, setelah sebagian di antaranya dicaplok negara Turki.
Pada masa pemerintahan mereka lahir istilah Rum, yang bermakna tanah yang sebelumnya dikuasai oleh Romawi. Dalam perkembangannya, istilah bahasa tersebut diadopsi ke dalam bahasa Turki dan lebih dikenal dengan Kesultanan Turki Seljuk Anatolia (Anadolu Selçuklulari). Atau istilah lebih baru lagi, Turkiye Selçuklulari (Seljuk Turki).
Tim The Foundation for Science Technology and Civilization (FSTC) dalam tulisannya, The Seljuk Face of Anatolia: Aspect of Social and Intellectual History of Seljuk Architecture, menjelaskan bahwa kemenangan bangsa Turki Seljuk pada 1071 atas Kekaisaran Byzantium mengukuhkan kekuasaan Turki yang besar di Anatolia.