REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres mendesak para pemimpin dunia untuk mendengarkan aspirasi pengunjuk rasa yang melakukan demonstrasi menuntut penyelesaian berbagai masalah di negara masing-masing. Dia juga meminta para pengunjuk rasa di seluruh dunia untuk berkomitmen pada antikekerasan ketika mereka ingin mencari perubahan.
Hal itu dikatakannya menanggapi berbagai permasalahan warga negara yang memicu protes di seluruh dunia dari Timur Tengah ke Eropa, Afrika, Asia, Amerika Latin, dan Karibia. "Jelas bahwa ada peningkatan defisit kepercayaan antara orang dan lembaga politik, dan meningkatnya ancaman terhadap kontrak sosial," katanya seperti dikutip Aljazirah, Ahad (27/10).
Menurutnya, dunia juga bergulat dengan dampak negatif globalisasi dan teknologi baru yang telah meningkatkan ketidaksetaraan di dalam masyarakat. "Bahkan di mana orang tidak memprotes, mereka terluka dan ingin didengar," Guterres menambahkan.
Guterres mengatakan orang-orang menginginkan hak asasi manusia mereka dihormati, termasuk hak untuk memiliki suara dalam proses pengambilan keputusan. "Orang-orang menginginkan peran yang setara termasuk sistem sosial, ekonomi, dan keuangan yang bekerja untuk semua," ujarnya.
Sekretaris jenderal menegaskan kembali keprihatinannya yang mendalam dari beberapa protes yang berubah menjadi kekerasan sehingga menyebabkan hilangnya nyawa. Dia menekankan bahwa pemerintah berkewajiban untuk menegakkan kebebasan berekspresi dan berkumpul.
Pasukan keamanan, kata dia, harus bertindak sesuai dengan hukum internasional. "Tidak ada alasan untuk kekerasan," katanya.
Menanggapi pertanyaan tentang unjuk rasa mematikan di Irak, Guterres mengatakan PBB telah meminta otoritas Irak dan aktor lainnya untuk melakukan tindakan non-kekerasan dan menahan diri. Dia mengatakan temuan awal PBB baru-baru ini menunjukkan pelanggaran substansial hak asasi manusia yang terjadi.
Guterres juga memberi pesan terkait aksi protes di Lebanon yaitu negara harus menyelesaikan masalah dengan dialog. "Saya mendesak masing-masing menahan diri dan tidak menggunakan kekerasan, baik dari sisi pemerintah dan pihak pengunjuk rasa," katanya.