REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp 806,8 triliun pada kuartal tiga 2019. Angka ini tumbuh 11,5 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Direktur Keuangan Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan pertumbuhan kredit sejalan dengan perbaikan kualitas kredit dan pengendalian biaya operasional melalui dukungan otomatisasi serta digitalisasi.
"Saat ini lebih kami utamakan untuk sustainabilitas jangka panjang, sehingga pengukuran kinerja tidak hanya diukur pada akhir periode tetapi juga saldo rata-rata. Metode ini mampu menjadikan pertumbuhan bisnis lebih sustain dan berkualitas," ujarnya saat konferensi pers di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (28/10).
Pertumbuhan kredit tersebut dibarengi dengan perbaikan kualitas. Tercatat rasio NPL gross emiten berkode BMRI ini turun 48 basis poin menjadi hanya 2,53 persen dibandingkan September tahun lalu.
"Perbaikan ini membuat Bank Mandiri dapat menurunkan biaya CKPN sebesar 6,27 persen," ucapnya.
Pada kuartal III 2019, lanjut Panji, penyaluran kredit ditopang oleh dua segmen utama, yakni Corporate dan Retail terutama kredit Mikro dan Consumer. Kredit segmen korporasi mencapai ending balance Rp 301,8 triliun atau tumbuh rata-rata 5,72 persen year on year (yoy). Sedangkan segmen Mikro, ending balance penyaluran kredit mencapai Rp 116,4 triliun, tumbuh rata-rata 19,4 persen (yoy) dan segmen Consumer mencapai ending balance Rp 88,5 triliun atau tumbuh 4,1 persen (yoy).
Ke depan perseroan berupaya mengoptimalkan fungsi intermediasi perbankan, Bank Mandiri juga menjaga komposisi kredit produktif seperti kredit investasi dan modal kerja, dalam porsi yang signifikan, yakni 81,49 persen dari total portofolio. Pada kuartal ini, penyaluran kredit investasi mencapai Rp 251,07 triliun dan kredit modal kerja sebesar Rp 342,3 triliun.
"Kami juga turut berkontribusi dalam pembangunan nasional, berupa penyaluran kredit ke sektor infrastruktur yang mencapai Rp 98,5 triliun dengan tingkat pertumbuhan mencapai 16,9 persen (yoy). Kredit tersebut disalurkan kepada berbagai sektor seperti tenaga listrik, transportasi, migas, energi terbarukan, dan lain-lain," jelasnya.
Program Kredit Usaha Rakyat (KUR), sepanjang Januari-September 2019, total KUR yang disalurkan mencapai Rp 17,45 triliun atau tumbuh 29,7 persen (yoy) atau mencapai 69 persen dari target 2019 dengan jumlah penerima sebanyak 222.825 debitur. Dari jumlah tersebut, sebesar 50,25 persen disalurkan kepada sektor produksi, yakni pertanian, perikanan, industri pengolahan dan jasa produksi.