REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk berupaya mendorong pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) hingga akhir tahun ini. Perseroan menargetkan pertumbuhan KPR bisa berkisar 10 persen pada akhir 2019.
Direktur Consumer Banking BTN Budi Satria mengatakan saat ini pasar keuangan tengah mengalami kelesuan, sehingga cukup berdampak pada bisnis perbankan.
"Sampai akhir tahun kurang lebih kita tumbuh 10 persen saja lah untuk pertumbuhan rata-ratanya. Karena market memang lagi lesu, kalau pasar lesu kita terus dorong malah kena ke Non Peforming Loan (NPL). Jadi yang penting kan kualitas," ujarnya kepada Republika di Jakarta kamis sore.
Menurutnya perseroan berupaya mendorong KPR untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan KPR nonsubsidi. Adapun program ini skemanya sama persis dengan yang subsidi, hanya bunganya sebesar tujuh persen.
"Kalau yang pemerintah kan lima persen. Jadinya kita optimistis karena sudah siap dengan program alternatifnya," ucapnya.
Budi menjelaskan ketika pasar masih ada subsidi maka masyarakat akan mengambil program KPR Subsidi. Namun, saat budget sudah habis maka alternatif pembiayaan yang akan dipilih.
"BTN tetap mengantisipasi untuk meminimalisir suku bunga agar terjangkau bagi MBR," ucapnya.
BTN pun turut mendorong KPR nonsubsidi meskipun tahun ini pasar properti terhitung masih kurang bergairah. Ke depan perseroan berupaya memasuki pasar ke pengembang yang premium untuk mengimbangi subsidi.
Per Agustus 2019 KPR hanya tumbuh 16 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Sedangkan pertumbuhan per Agustus 2018 mampu hingga di atas 20 persen.
Dengan total penyaluran KPR pada semester pertama 2019 tercatat Rp 188,82 triliun atau tumbuh 21,53 persen (yoy). Kontribusi KPR subsidi mencapai 56,85 persen dengan pertumbuhan 28,77 persen (yoy) dan kontribusi KPR nonsubsidi 43,15 persen dengan pertumbuhan 13,16 persen (yoy).