Sabtu 02 Nov 2019 23:44 WIB

Pertemuan ASEAN Dibayangi Perang Dagang

Pemimpin-pemimpin negara Asean khawatir terhdap meruncingnya perang dagang

Rep: Lintar Satria/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad (kiri) dan Perdana Menteri Thailand Prayut Chan O-cha berfoto bersama saat 12th Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle Summit (IMT-GT SUMMIT) disela-sela KTT ASEAN ke-34 di Bangkok, Thailand, Ahad (23/6/2019).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad (kiri) dan Perdana Menteri Thailand Prayut Chan O-cha berfoto bersama saat 12th Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle Summit (IMT-GT SUMMIT) disela-sela KTT ASEAN ke-34 di Bangkok, Thailand, Ahad (23/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK--Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan negara-negara Asia Tenggara yang tetap bersama-sama menghadapi perang dagang Amerika Serikat-Cina. Hal ini ia katakan dalam pertemuan ASEAN di Bangkok, Thailand.

Tapi hingga saat ini belum ada tanda-tanda ASEAN telah menyelesaikan rencana kesepakatan yang dapat menciptakan wilayah perdagangan bebas terbesar di dunia. Rencana yang didukung oleh Cina.

Baca Juga

"Kami tidak ingin melangkah ke perang dagang, tapi ketika mereka tidak baik terhadap kami, kami harus tidak baik pada mereka," kata pemimpin berusia 94 tahun itu, dalam pertemuan sela KTT ASEAN ke-35, Sabtu (2/11).

Mahathir tampaknya menyinggung Trump yang menaikkan tarif barang-barang impor Cina hingga memicu perang dagang. "Jika orang itu tidak di sana, mungkin akan ada perubahan," kata Mahathir.

Dalam rancangan pernyataan bersama pemimpin-pemimpin negara ASEAN mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap perang dagang. "Sangat prihatin atas tingginya tensi perdagangan dan proteksionisme dan sentimen anti-globalisasi yang kini terjadi," kata pemimpin-pemimpin ASEAN dalam rancangan pernyataan tersebut.

Para diplomat ASEAN mengatakan perdagangan menjadi topik utama pertemuan ini. Diharapkan juga ada pembahasan kawasan lainnya seperti sengketa Laut Cina Selatan dan penyebaran pengungsi Rohingya dari Myanmar.

"Kami ingin perekonomian global damai," kata Ketua Dewan Penasihat Perdagangan ASEAN, Arin Jira.

Negara-negara Asia Tenggara bergantung dengan ekspor. Karena perang dagang pertumbuhan ekspor kawasan itu menurun di titik terendahnya dalam lima tahun terakhir. Pemimpin-pemimpin negara Asia Tenggara juga khawatir dengan meningkatnya pengaruh Cina di kawasan.

Negara-negara ASEAN diharapkan akan membuat kemajuan dalam finalisasi Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Upaya ASEAN untuk membentuk kawasan perdagangan bebas yang terdiri dari 16 negara penyumbang sepertiga produk domestik bruto global dan hampir setengah populasi dunia.

Konferensi pers tentang RCEP dibatalkan pada Jumat malam. Salah satu penghalangnya karena tuntutan dari India yang khawatir kebanjiran barang impor Cina.

"Finalisasi negosiasi RCEP telah menjadi ujian utama bagi kemampuan ASEAN dalam mewujudkan sentralitas yang sering disebut," kata mantan menteri luar negeri Indonesia Marty Natalegawa.

Organisasi-organisasi kemanusian mengatakan mereka tidak berharap banyak negara-negara Asia Tenggara akan membahas masalah hak asasi manusia. Seperti pengungsi Rohingya atau membahas tumbuhnya otoritarianisme di beberapa negara anggota.

Sebagai tuan rumah KTT ASEAN ke-35, Thailand mengusung tema "Advancing Partnership for Sustainability". Tujuannya untuk memastikan kemitraan negara anggota ASEAN dan negara lainnya bagi keberlanjutan kemajuan di kawasan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement