REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dulu, Aden merupakan ibu kota Republik Demokratis Rakyat Yaman sampai negara tersebut bersatu dengan Republik Arab Yaman. Pada masa tersebut, Kota Aden dinyatakan sebagai zona perdaganan bebas.
Legenda lokal di Yaman menyebutkan bahwa sejarah Aden berusia sama tua dengan sejarah manusia. Bahkan, makam Qabil dan Habil, dua putra Nabi Adam AS diyakini berada di satu tempat di kota ini.
Dalam buku Ying-yai Sheng-lan, The Overall Survey of the Ocean's Shores(Ma Huan, 1433) dituliskan pada 1421, Kaisar Dinasti Ming Cina, Yongle, memerintahkan dua utusannya, Li Xing dan Zhou Man, dari Zheng He untuk menyampaikan sebuah dekrit kerajaan dengan membawa penutup kepala serta jubah untuk dianugerahkan pada Raja Aden. Para utusan tersebut berangkat dengan tiga kapal harta karun dan berlayar dari Sumatra ke Pelabuhan Aden.
Ma Huan (1380-1460) adalah seorang musafir Islam sekaligus penerjemah yang menemani tiga dari tujuh ekspedisi Zheng He ke Samudera Barat, termasuk ke Pelabuhan Aden. Musafir yang memiliki nama pena Mountain-woodcutter itu mempelajari bahasa Arab agar mampu menerjemahkan. Konon, ia adalah non-Muslim yang kemudian masuk Islam.
Sejarah klasik Aden mulai terekam saat pelaut Portugis Vasco da Gama (1460/69-1524) menemukan rute sekitar Tanjung Harapan pada 1497. Enam belas tahun kemudian, kapten Portugis lainnya, Afonso d Albuquerque (1453-1515), menangkap makna strategis Aden dan mencoba menaklukannya. Namun, ia gagal karena Aden yang pada waktu itu berada di bawah kekuasaan Bani Taher terbentengi dengan baik.
Aden pernah diduduki oleh Portugis pada 1513-1538 dan 1547-1548, serta oleh Kesultanan Utsman pada 1538-1547 dan 1548-1645. Setelah itu, ia dikuasai Kesultanan Lahej di bawah kepemimpinan para imam Zaidi di Yaman. Pada masa itu, Aden hanyalah sebuah desa kecil dengan populasi 600 orang dari suku Arab, Somalia, Yahudi, dan India.
Pada 1838, Sultan Muhsin bin Fadl dari Kesultanan Lahej memberikan 19 km2 wilayahnya, termasuk Aden, kepada Britania. Pada 19 Januari 1839, Persekutuan Britania India Timur mengirim marinirnya ke Aden untuk menduduki wilayah tersebut dan menghentikan sejumlah penyerangan melawan pelayaran Britania ke India yang dilakukan para perompak. Sejak itu, Aden berada di bawah pendudukan Britania India hingga 1967.
Di bawah pimpinan seorang kapten Inggris bernama Stafford Bettesworth Haines dari Angkatan Laut India, pendudukan Britania mengubah Aden. Dari sebuah desa berpopulasi 600 jiwa, ia berkembang menjadi sebuah kota dengan populasi sekitar 20 ribu jiwa hanya dalam waktu beberapa tahun.
Pada 1937, Aden dilepaskan dari India dan menjadi sebuah koloni atau protektorat Kerajaan Britania, disebut Koloni Aden. Sebelumnya, wilayahnya dikenal dengan sebutan Pemukiman Aden (Aden Settlement). Pergantian pemerintahan membuat mata uang rupee yang digunakan sebelumnya diganti dengan shilling Afrika Timur.
Wilayah aslinya diperluas 13 km2 ke wilayah Pulau Perim (pulau vulkanik di Selat Mandeb yang menjadi salah satu pintu masuk ke Laut Merah) pada 1857 dan 73 km2 dari wilayah Kepulauan Khuriya Muriya (terdiri dari lima pulau di Laut Arab) pada pertengahan abad ke-19, serta 108 km2 dari wilayah Kamaran (pulau di Laut Merah yang dikontrol Yaman) pada 1915.
Karena posisinya yang strategis, Aden menjadi ibu kota Republik Rakyat Yaman Selatan yang berganti nama menjadi Republik Demokratis Rakyat Yaman pada 1970. Namun, dengan penyatuan wilayah utara dan selatan Yaman pada 1990, Aden tidak lagi menjadi ibu kota nasional. Ia menjadi ibu kota dari wilayah Provinsi Aden, meliputi wilayah yang sama dengan wilayah koloni Aden.