REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Sekolah-sekolah di ibu kota India, New Delhi, kembali dibuka pada Rabu (7/11), setelah tutup selama dua hari. Hal itu akibat kualitas udara buruk yang menyebabkan pemerintah menetapkan situasi kesehatan darurat serta memancing aksi protes dari warga dan aktivis lingkungan.
Banyak anak-anak terlihat mengenakan masker saat masuk sekolah, khususnya di New Delhi dan kota-kota sekitar, meskipun kualitas udara di sana masih berada pada level "tidak sehat". Kualitas udara buruk tidak hanya ditemukan di New Delhi, tetapi sebagian besar kawasan utara India.
Badan pemantau cuaca India memprediksi hujan berintensitas ringan akan turun pada Rabu, sementara hujan deras akan turun pada Kamis. Gerimis dinilai dapat membuat kualitas udara kian memburuk, tetapi hujan deras mampu menurunkan tingkat pencemaran udara yang pada Ahad mencapai level tertinggi selama satu tahun terakhir.
Secara keseluruhan, kualitas udara di New Delhi menunjukkan perbaikan selama dua hari berturut-turut.Hal itu karena angin kencang sempat bertiup di kota sehingga menyingkirkan debu dan polusi di wilayah tersebut.
Otoritas kota di New Delhi telah menerapkan sistem pembatasan kendaraan ganjil-genap pada Senin guna mengurangi polusi. Bersamaan dengan itu, sejumlah politisi di kota dengan penduduk lebih 20 juta jiwa, masih berdebat mengenai penyebab buruknya kualitas udara dan pihak mana yang harus disalahkan.
Beberapa ahli lingkungan mengatakan bertambahnya aksi bakar lahan pertanian di negara bagian Punjab dan Haryana dapat menyebabkan kadar polusi meningkat. Sisa pembakaran lahan pertanian telah menjadikan New Delhi sebagai kota paling tercemar di dunia. Punjab dan Haryana merupakan negara bagian yang berbatasan langsung dengan New Delhi.
Lebih dari 1.500 orang berkumpul pada Selasa malam di Gerbang India (India Gate), monumen peringatan perang di pusat kota. Warga berkumpul memprotes kualitas udara yang buruk serta mendesak pemerintah pusat dan daerah untuk segera bertindak.
"Orang-orang marah karena ini adalah kegagalan bersama dan para politisi perlu segera menyusun rencana yang komprehensif untuk mengatasi krisis," kata Vimlendu Jha, pendiri pegiat lingkungan, Swechha.
Berdasarkan hasil pengukuran alat di Kedutaan Besar AS untuk India di New Delhi, kadar pencemaran di kota masih bertahan pada angka 177 atau level "tidak sehat" pada Rabu. Kualitas udara di New Delhi pernah mencapai level 331 pada Selasa pagi.
Indeks kualitas udara yang melebihi 401 menunjukkan kualitas udara "parah". Polusi udara pada level itu dapat berdampak serius bagi orang dengan gangguan saluran pernapasan, dan siapapun yang sehat.
PM 2.5, partikel mikroskopis yang diameternya kurang dari 2,5 mikron merupakan polutan yang berbahaya karena dapat mengendap di paru-paru. Sementara itu, PM 10 merupakan jenis polutan yang dapat terhirup saat manusia bernapas melalui mulut.