Sabtu 09 Nov 2019 13:13 WIB

Manusia Sampah: Penusukan Politisi Juga Terjadi di Hong Kong

Pendukung demo antipemerintah di Hong Kong melakukan penusukan terhadap politisi

Red:
.
.

Seorang pendukung demo anti pemerintah di Hong Kong melakukan penusukan terhadap politisi pro-Beijing Junius Ho yang sedang berkampanye dalam pemilu lokal. Pelaku menggunakan modus menyerahkan bunga lalu menikam korban di bagian dada.

Junius merupakan salah satu politisi konservatif yang banyak dikecam para demonstran Hong Kong karena sikapnya yang pro-China. Dia harus mendapatkan perawatan medis meski sempat mengaku lukanya tidak seberapa.

Dia mengatakan tusukan pisau itu mengenai tulang rusuknya dengan luka di bagian dada sekitar 2 sentimeter.

Dalam kejadian ini, menurut keterangan rumah sakit, selain Junius dua asisten dan pelaku semuanya cedera.

Sebuah video yang merekam kejadian ini beredar di medsos. Di situ tampak seorang pria mendekati Junius yang sedang berkampanye dan memberikan bunga.

Pria itu kemudian meminta izin untuk mengambil berfoto bersama Junius.

Peringatan: video berikut mengandung adegan mengerikan.

 

Dia lalu merogoh tasnya seakan-akan ingin mengambil kamera. Namun dia justru dengan cepat mengeluarkan pisau dan menikamkan ke dada Junia.

Untung saja politisi itu langsung berusaha mengelak dan dengan dibantu beberapa orang menjatuhkan pelaku.

Saat sudah ditimpa oleh sejumlah pria, pelaku masih terus melontarkan kata-kata kasar, dan menyebut Junius sebagai "manusia sampah".

Pelaku yang tidak disebutkan namanya itu telah ditangkap pihak berwajib Hong Kong.

Junius Ho sendiri dikenal sebagai politisi kontroversial di Hong Kong.

Pada tahun 2017, misalnya, dia menyerukan agar para pendukung kemerdekaan Hong Kong (dari China) "dibunuh saja tanpa belas kasihan".

Tahun ini dia juga melancarkan serangan seksis terhadap anggota parlemen pro-demokrasi Claudia Mo. Junius menyebut Claudia "makan sosis asing" - merujuk kepada suaminya Philip Bowring, wartawan yang berkebangsaan Inggris.

Selain itu, Junius diduga memiliki hubungan dengan kelompok preman yang menyerang dan memukuli demonstran pro-demokrasi di stasiun kereta bawah tanah awal tahun ini.

Polisi setempat telah memastikan anggota geng kejahatan terorganisir terlibat dalam kejadian itu.

Junius terlihat berjabat tangan dengan sejumlah pelaku penyerangan demonstran pada malam kejadian.

Dia membantah tuduhan ini. Dia berdalih hanya kebetulan saja bertemu dengan para pelaku setelah makan malam dan berterima kasih karena mereka "mempertahankan tanah air".

Para demonstran telah beberapa kali merusak kantor Junius dan bahkan menodai kuburan orangtuanya.

Tanggapan Carrie Lam

Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengutuk keras serangan terhadap Junius Ho.

Pada konferensi pers di Beijing, Carrie Lam menyatakan prihatin dengan meningkatnya kecenderungan publik untuk melakukan kekerasan.

"Bagaimana para demonstran yang melakukan tindakan kekerasan seperti itu, mengklaim bahwa mereka menuntut kebebasan dan demokrasi?" katanya.

"Setiap langkah mereka justru menantang aspek kebebasan dan melanggar hak-hak mayoritas rakyat Hong Kong," ujar Carrie Lam.

Dia juga berterima kasih atas dukungan dari Pemerintah China selama kunjungannya itu dan berjanji untuk menegakkan hukum secara ketat guna memulihkan ketertiban.

 

Selama kunjungannya ke China Carrie Lam bertemu dengan Presiden Xi Jinping serta Wakil Menteri Utama Han Zheng.

Serangan terhadap Junis Ho sendiri telah memicu kekhawatiran bahwa Pemilu lokal di sana akan ditunda.

Junis berkampanye dalam Pemilu lokal untuk memilih 452 anggota dewan, yang digelar setiap empat tahun. Tapi pemilu tahun ini diawasi secara ketat untuk mengukur sentimen publik.

Kursi dewan lokal saat ini didominasi oleh blok pro-pemerintah, yang kini banyak mengeluh karena caleg-caleg mereka mengalami kekerasan dan pelecehan dari kelompok pro-demokrasi.

Namun, serangan terhadap tokoh-tokoh pro-demokrasi juga banyak terjadi.

Pada hari Minggu malam, misalnya, seorang pria yang memegang pisau menggigit telinga anggota dewan distrik Andrew Chiu dan melukai dua orang lainnya.

Jimmy Sham, seorang pemimpin salah satu kelompok pro-demokrasi terbesar di kota itu, diserang dengan palu bulan lalu.

Pada hari Rabu, ratusan mahasiswa di dua universitas berkumpul untuk memberi dukungan bagi seorang demonstran berusia 22 tahun yang dirawat di rumah sakit setelah jatuh dari gedung tempat parkir ketika polisi menembakkan gas air mata dalam bentrokan Senin lalu.

ABC/AP

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement