REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memutuskan untuk tahun depan suku bunga untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) turun dari tujuh persen menjadi enam persen. Tak hanya suku bunga yang turun, pemerintah juga menambah plafon KUR sebesar 36 persen dari Rp 150 triliun menjadi Rp 190 triliun.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menjelaskan kebijakan ini mulai berlaku pada Januari tahun depan. Harapannya dengan penurunan suku bunga dan penambahan plafon ini bisa mendorong sektor produksi untuk semakin aktif dan perekonomian makin baik.
"Dari alokasi penambahan dana tersebut 60 persen kami alokasikan untuk mendorong sektor produksi sehingga bisa mendorong UMKM terutama pariwisata untuk bisa mendapatkan pendanaan dan mendorong perekonomian," ujar Airlangga di Kantornya, Selasa (12/11).
Airlangga juga merinci untuk KUR Mikro tanpa anggunan plafonnya naik dari Rp 25 juta menjadi Rp 50 juta per debitur. Ia juga menjelaskan total akumulasi plafon untuk pedagangan naik dari Rp 100 juta menjadi Rp 200 juta.
Menteri UMKM dan Koperasi, Teten Masduki menjelaskan salah satu cara agar peningkatan plafon KUR ini bisa terserap dengan baik maka rencana clusterisasi UMKM bisa segera dilaksanakan. Ia juga menjelaskan dengan adanya pengelompokan atau cluster ini harapannya penyaluran juga lebih efisien.
"Jadi ada pengelompokan, kami akan bentuk koperasi. Jadi akan mudah pembiinaan dan pemberdayaan dalam akselerasi penyaluran KUR," ujar Teten dilokasi yang sama.
Teten juga berharap dengan adanya perluasan KUR dan kelonggaran suku bunga bisa semakin meningkatkan pertumbuhan UMKM kedepan. Kedepan, dengan pertumbuhan UMKM juga bisa meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
"Kebijakan KUR ini, akan dharapkan bisa memberikan dampak pertumbuhan UMKM. Karena memang ditengah ekonomi global yang lagi lesu, titik berat yang berat akan didorong sektor ini. Karena juga penyerapan tenaga kerja juga banyak," ujar Teten.