Senin 18 Nov 2019 10:43 WIB

Lima Fokus Muhammadiyah ke Depan

Ada lima bidang utama yang menjadi fokus Muhammadiyah ke depan,

Rep: Imas Damayanti/ Red: Agung Sasongko
Muhammadiyah
Foto: wikipedia
Muhammadiyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sesuai amanat Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar pada 2015, ada lima bidang utama yang menjadi konsentrasi Muhammadiyah. Lima penguatan ini akan dijalankan seiring dengan dinamika perubahan zaman. 

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan, kelima fokus tersebut antara lain ekonomi, peningkatan kualitas amal usaha, penguatan peran kebangsaan, penguatan usaha internasionalisasi, dsn penguatan lembaga filantropi. 

"Kelima penguatan inilah yang akan kita genjot terus ke depan," kata Abdul saat dihubungi Republika, Ahad (17/11) malam. 

Adapun penguatan gerakan ekonomi berjalan setelah suksesnya penguatan sektor pendidikan dan kesehatan.  Sedangkan peningkatan kualitas amal usaha dan pengembangan pusat-pusat keunggulan juga akan dibarengi dengan penguatan peran kebangsaan terutama dalam demokratisasi, anti korupsi, hak asasi manusia, dan konstitusi.

Dia menyebut,  Muhammadiyah juga berusaha melanjutkan jihad konstitusi melalui keterlibatan aktif dalam proses legislasi. Selanjutnya adalah  peningkatan usaha-usaha internasionalisasi melalui berbagai usaha kerjasama dan peran serta dalam forum-forum internasional. Yang kemudian akan dibarengi dengan penguatan kemandirian dan gerakan filantrofi melalui lembaga LazisMu sebagai leading unit yang dimiliki Muhammadiyah. 

Tak lupa, dia menjabarkan, tantangan Muhammadiyah ke depan adalah perlunya memperkuat dakwah di media sosial. "Harus diakui, pada bidang ini Muhammadiyah masih jauh tertinggal," ungkapnya. 

Di usia yang ke-107 tahun, dia bersyukur Muhammadiyah terus berkembang baik dari sisi jumlah amal usaha maupun cabang dan ranting. Muhammadiyah saat ini diklaim sebagai gerakan nasional dan internasional yang berperan terutama dalam bidang pendidikan, perdamaian, dan kemanusiaan.

Lebih lanjut dia membeberkan bahwa Muhammadiyah dituntut untuk senantiasa hadir dalam menyelesaikan berbagai masalah keummatan dan kebangsaan. Ke depan, Muhammadiyah dinilai perlu lebih terbuka dan menjadikan dirinya sebagai rumah bagi semua anggotanya dan wadah berhimpun bagi mereka yang berkhidmat menciptakan dan membangun Indonesia yang berkemajuan.

Adapun tantangan ke depan yang perlu dilalui, kata dia, adalah pada  masalah kaderisasi di Muhammadiyah, terutama untuk kader ulama. Untuk itu ke depannya Muhammadiyah harus melakukan akselerasi dan diversifikasi kader Persyarikatan, termasuk kader politik.

Caranya adalau dengan memperkuat perkaderan melalui empat lembaga utama yang telah dimiliki yakni pendidikan (sekolah, madrasah, perguruan tinggi, dan pesantren), keluarga Muhammadiyah, organisasi otonom (Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Tapak Suci, dan Hizbul Wathan), dan lembaga-lembaga profesi. pppp

"Muhammadiyah perlu mempersiapkan para kadernya sebagai pelanjut kepemimpinan di Persyarikatan, umat, dan bangsa," kata dia. 

Seperti diketahui, dalam Milad ke-107 Muhammadiyah akan meluncurkan program yang dinamakan Muhammadiyah Online University (MOU). Persyarikatan Muhammadiyah mendirikan MOU yang merupakan model penyelenggaraan perguruan tinggi berbasis aplikasi teknologi. Peluncuran program ini merupakan cara Muhammadiyah dalam mensikapi perubahan zaman yang menjadi era digital atau yang sering disebut sebagai Revolusi Industri 4.0.

Guru Besar dan Rektor Institut PTIQ Nasaruddin Umar mengatakan, Indonesia patut berbangga memiliki ormas Islam layaknya Muhammadiyah. Sepanjang pergerakannya, Muhammadiyah dinilai telah banyak berkontribusi terhadap bangsa dan agama. Hal itu sesuai dengan semangat kemanusiaan dan dakwah yang diajarkan agama.

"Muhammadiyah tidak hanya tampil sebagai perwakilan golongan ormas tertentu, tapi juga representatif keseluruhan umat Islam," kata Nasaruddin. 

Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Kampung Kauman, Yogyakarta pada 18 November 1912 atau 8 Dzulhijjah 1330 Hijriah. Kelahiran Muhammadiyah melekat dengan sikap, pemikiran, dan langkah KH Ahmad Dahlan sebagai pendirinya, yang mampu memadukan paham Islam yang ingin kembali pada Al-Quran dan Sunnah Nabi dengan orientasi tajdid yang membuka pintu ijtihad untuk kemajuan. Hal itu dapat memberi karakter yang khas dari kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah di kemudian hari dan yang terasa hingga kini. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement