Selasa 19 Nov 2019 03:52 WIB

Orang Tua di AS Berupaya Keras Deteksi Anak Depresi

Sebagian orang tua gagal menangkap sinyal depresi pada anak.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Nur Aini
Anak depresi (ilustrasi)
Foto: Boldsky
Anak depresi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MICHIGAN -- Sebuah studi baru menjelaskan, dua per tiga orang tua yang menjadi responden penelitian, berjuang untuk menemukan tanda-tanda depresi pada anak-anak mereka. Menurut penelitian yang dilakukan oleh University of Michigan di Amerika Serikat, sebanyak 40 persen orang tua berjuang untuk membedakan antara perubahan suasana hati yang normal dan depresi.

Sebanyak 30 persen orang tua percaya anak-anak mereka pandai menyembunyikan perasaan mereka. Akan tetapi, sepertiga dari mereka bersikeras bahwa tidak ada yang akan mengganggu kemampuan mereka untuk mengenali tanda-tanda depresi pada anak mereka.

Baca Juga

Meskipun demikian, mayoritas ibu dan ayah mengatakan mereka yakin bahwa mereka akan mengenali jika anak mereka mengalami depresi. Sebagian besar mengakui bahwa ada hambatan untuk menemukan gejala tertentu dari depresi.

“Di banyak keluarga, tahun-tahun praremaja dan remaja membawa perubahan dramatis dalam perilaku remaja dan dalam dinamika antara orang tua dan anak-anak. Transisi ini dapat membuatnya menjadi sangat menantang untuk membaca keadaan emosi anak-anak dan apakah ada kemungkinan depresi,” kata wakil direktur penelitian, Profesor Sarah Clark, dilansir di laman StokeonTrentLive, Senin (18/11). 

Menurutnya, beberapa orang tua mungkin melebih-lebihkan kemampuan mereka untuk mengenali depresi dalam suasana hati dan perilaku anak mereka sendiri. Sementara, orang tua yang terlalu percaya diri mungkin gagal menangkap sinyal halus bahwa ada sesuatu yang salah. 

Jajak pendapat pada penelitian itu juga menunjukkan bahwa depresi adalah topik yang umum bagi anak sekolah saat ini. Satu dari empat orang tua mengatakan, anak mereka mengenal depresi dari teman sekelas atau teman sebaya. Lalu, satu dari sepuluh menambahkan bahwa anak mereka mengenal seseorang yang telah melakukan bunuh diri.

"Laporan kami menegaskan bahwa depresi bukanlah konsep abstrak untuk remaja dan praremaja hari ini, atau orang tua mereka. Tingkat keakraban dengan depresi dan bunuh diri ini konsisten dengan statistik terbaru yang menunjukkan peningkatan dramatis dalam bunuh diri di kalangan pemuda AS selama dekade terakhir,” kata Prof Clark.

Dia menambahkan, meningkatnya tingkat bunuh diri, membuat penting bagi orang tua untuk mengenali depresi pada anaknya. Orang tua harus tetap waspada melihat tanda-tanda potensi depresi pada anak-anak mereka, katanya, menunjuk pada kesedihan, keterasingan, kemarahan, dan sifat mudah tersinggung sebagai indikator utama.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement