REPUBLIKA.CO.ID,SOLO --- Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PDAM) Toya Wening Solo menargetkan cakupan pelayanan mencapai 80 persen dalam empat tahun ke depan. PDAM juga akan menambah kontinyuitas aliran air sampai 24 jam dalam sehari.
Direktur Utama PDAM Toya Wening Solo, Agustan, mengatakan, direksi PDAM periode 2019-2023 secara umum menargetkan cakupan pelayanan mencapai 80 persen dalam empat tahun ke depan. Saat ini, cakupan pelayanan posisinya baru 59 persen dengan jumlah sambungan 58 ribu.
"Kalau 80 persen berarti hampir 70 ribu sambungan, banyak itu. Ya minimal satu tahun 2.500 sambungan targetnya. Ya kami harus kerja keras," kata Agustan kepada wartawan, Jumat (22/11).
Kemudian, kontinyuitas saat ini posisinya berada di angka rata-rata 20 jam per hari. Posisi tersebut akan dinaikkan secara bertahap sampai menjadi 24 jam sehari. "Selain itu, target kebocoran harus kami turunkan dari 43 persen menjadi 19 persen. Jadi kira-kira turunnya 24 persen. Akan kami turunkan dengan kerja keras," imbuhnya.
Direksi PDAM Periode 2019-2023 baru saja dilantik oleh Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo pada Jumat. Agustan menambahkan, direksi PDAM yang baru telah menyiapkan beberapa program. Progra pertama, dimulai dari sumber produksi.
Produksi air PDAM Solo bersumber dari mata air Cokro Tulung di Klaten, air Sungai Bengawan Solo, serta sumur dalam. Agustan menilai sumber dari Cokro Tulung tidak ada masalah. Sedangkan yang akan dilihat lebih jauh yakni sumber dari Sungai Bengawan Solo.
"Kan Bengawan Solo itu kita ada kendala ketika musim kemarau tiba pencemarannya cukup tinggi sehingga biaya yang diperlukan untuk memproduksi air dengan kualitas yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan itu cukup tinggi, tapi ada waktu-waktu tertentu itu tidak bisa diolah seperti kejadian kemarin-kemarin itu," terang Agustan.
Selanjutnya, sumber dari sumur dalam ke depan tetap akan menjadi bagian yang harus diperhatikan. PDAM akan memperhatikan pengolahan-pengolahan untuk sumber dari sumur-sumur dalam.
Di samping itu, persoalannya lainya pada saluran distribusi atau perpipaan. Agustan mengungkapkan, persoalan biasanya ketika memproduksi air dari hulu sudah bagus. Tetapi, pada saat distribusi ke pelanggan melalui pipa, bisa jadi pipa tersebut mengalami kebocoran atau tekanan tidak sama. Sehingga menciptakan ruang-ruang kosong.
"Ketika ruang kosong itu kemudian diisi oleh air itu kan ada dampak dari kosongnya tadi berinteraksi dengan udara, sehingga membawa flek-flek hitam dan sebagainya. Ya solusinya nanti akan dilakukan pengurasan-pengurasan," paparnya.