REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Malaysia, Syed Saddiq telah menyatakan permintaan maaf terkait insiden anarkistis yang dilakukan suporter Malaysia terhadap dua pendukung timnas Indonesia. Namun, hal tersebut mendapat tanggapan miring dari berbagai pihak tak terkecuali dengan para politikus.
"Tentu kita mengapresiasi permintaan maaf dari mereka (Malaysia). Tetapi, tentu hal itu harus dilakukan secara resmi," kata Anggota Komisi X DPR RI, Fikri Fakih saat dihubungi Republika, Ahad (24/11).
Melalui akun twitter resmi pribadinya, Syed Saddiq memposting video permintaan maaf kepada masyarakat Indonesia pada, Sabtu (23/11) malam. Akan tetapi, tindakan yang dilakukan Saddiq tidak serta merta menyelesaikan apa yang terjadi.
Fakih menilai apabila surat resmi yang dibuat Menpora Indonesia seharusnya dibalas dengan nilai yang sama. "Agar tidak berkelanjutan kedepannya, mereka harus duduk secara bersama demi tetap menjaga hubungan bukan secara subtansial saja," katanya.
Lebih lanjut, Fakih menyebut Malaysia seharusnya berkaca dari sikap yang telah dilakukan mantan Menpora Indonesia sebelumnya, Imam Nahrawi, yang lagsung meminta maaf secara ofisial setelah insiden yang melibatkan keduabelah suporter dalam Kualifikasi Piala Dunia 2020 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada 5 September 2019.
Di sisi lain, pengamat sepak bola Eko Noer Kristiyanto menegaskan persoalan ini tidak hanya bisa dilihat dari sudut pandang subtansialnya saja, tetapi harus secara meluas.
Pasalnya, selain tindakan kekerasan yang didapat oleh warga negara Indonesia, salah satu contoh itikad buruk yang ditunjukan oleh Menpora Malaysia Siddiq yakni ia lebih dahulu berkelit tiga kali sebelum akhirnya menyatakan permintaan maaf tak resmi.
"Urusan di sini juga seharusnya jadi masalah kolektif dari pemerintah (Indonesia) bukan hanya PSSI, Menpora. Apalagi, itu menyangkut warga negara Indonesia," kata Eko.
Eko melanjutkan, sikap yang ditunjukan Saddiq dianggap begitu arogan lantaran kerap berkelit terkait pernyataan insiden biada tersebut. "Tanpa, harus ditekan di media sosial, ditegur lebih dahulu oleh masyarakat pun pemerintah seharusnya Malaysia harus cepat minta maaf dan tidak mengatakan itu hoaks," sambung dia.
Adapun, insiden penyerangan WNI di Kuala Lumpur merebak setelah video berdurasi 44 detik, menyeruak di jagat maya, aksi pengeroyokan yang dilakukan suporter Malaysia terhadap pendukung timnas Indonesia di luar stadion, meski saat masih berada di dalam arena Bukit Jalil para pendukung tuan rumah telah memancing keributan. Selasa (19/11).Selain panas karena video penyerangan yang viral, media sosial juga sempat ramai karena Saddiq tak langsung meminta maaf dan menyatakan pemukulan terhadap WNI adalah hoaks.